Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 05 Des 2024, 03:03 WIB

Reog Ponorogo Masuk Warisan Budaya Takbenda

Pemerintah Perlu Buat “Masterplan” jika Rendang Diakui UNESCO

Foto: Istimewa

UNESCO secara resmi menyetujui Reog Ponorogo sebagai warisan budaya takbenda dari Indonesia yang ke-14.

JAKARTA - Reog Ponorogo masuk dalam Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO. Hal tersebut dapat dipastikan setelah usulan pemerintah Indonesia disetujui UNESCO dalam sesi sidang ke-19 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay pada 3 Desember 2024.

1733325730_de7ee42692cb955171b7.jpeg

“Reog Ponorogo kini resmi menjadi WBTb dari Indonesia ke-14 yang diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO,” ujar Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, dalam keterangannya, Rabu (4/12).

Fadli menyampaikan, inskripsi Reog Ponorogo sebagai Intangible Cultural Heritage oleh UNESCO menjadi momen penting bagi Indonesia dalam upaya pelestarian seni budaya tradisional yang berakar kuat pada nilai-nilai lokal dan semangat gotong royong. Menurutnya, Reog Ponorogo merupakan representasi kekayaan warisan budaya Indonesia yang memadukan keberanian, solidaritas, dan keindahan tradisi lokal.

“Ini kebanggaan sekaligus pengingat tanggung jawab kolektif kita untuk menjaga dan mewariskannya kepada generasi mendatang,” jelasnya.

Sebagai informasi, Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mencerminkan harmoni antara tari, musik, dan mitologi. Seni ini menggambarkan keberanian, solidaritas, dan dedikasi yang telah menjadi identitas masyarakat Ponorogo selama berabad-abad.

Pelestarian Reog

Fadli menyoroti tantangan pelestarian seni tradisional di era modern. Menurutnya, inskripsi ini merupakan pengakuan internasional atas kekayaan budaya Indonesia sekaligus seruan untuk melestarikannya di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi. “Reog Ponorogo jangan sampai punah, dan harus dihidupkan kembali ekosistemnya,” katanya.

Dia mengungkapkan, pemerintah bersama komunitas lokal telah melakukan berbagai upaya melestarikan Reog Ponorogo, mulai dari mendokumentasikan, mempromosikan, hingga mengintegrasikannya ke dalam pendidikan formal, informal, dan nonformal. Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga terus memberdayakan komunitas seni sebagai penjaga utama warisan budaya. “Reog Ponorogo bukan hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga cerminan identitas, semangat, dan ketangguhan masyarakat Ponorogo,” terangnya.

Fadli juga mengajak mengajak generasi muda untuk terus mengenal, mencintai, dan melestarikan Reog Ponorogo. Dengan demikian, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan dapat diwariskan ke generasi berikutnya.

Terpisah, pengamat pariwisata asal Universitas Andalas, Sari Lenggogeni, mengatakan pemerintah sebaiknya segera membuat masterplan agar dapat lebih luas memperkenalkan rendang sebagai warisan budaya tak benda Indonesia jika diakui Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

“Promosi dan komunikasi terintegrasi secara offline dan online-nya, dan secara ekonomi kreatif dipersiapkan. Beberapa kota sudah melakukan branding city of rendang, secara desa wisata rendang juga bisa dipersiapkan, masterplan-nya dipersiapkan,” kata Sari saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (4/12).

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Sumatera Barat itu menekankan 50 persen turis yang berkunjung ke suatu negara merupakan pemburu kuliner (foodies). Dalam hasil kajian yang ia lakukan, sebanyak hampir 2 ribu wisatawan nusantara dan wisatawan asing menempatkan kuliner sebagai tiga daya tarik teratas dari pariwisata. ruf/S-2

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.