Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 26 Jul 2017, 01:00 WIB

Rel MRT Mulai Dipasang

Kendaraan mengantre berjalan di samping area pembangunan jalur kereta api ringan (Light Rapid Transit / LRT) di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Selasa (25/7). Pembangunan LRT tahap pertama yang mencakup tiga fase yaitu Cibubur-Cawang , Cawang-Dukuh Atas, dan Bekasi Timur-Cawang senilai 34 triliun rupiah itu ditargetkan selesai pada 2018.

Foto: ANTARA / Reno Esnir

Trotoar di wilayah Ibu Kota harus steril dari kendaraan bermotor, dan memaksimalkan fungsi trotoar.

JAKARTA- Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, William Sabandar menjelaskan, pihaknya mulai memasang rel kereta MRT (railway track). Pemasangan rel ini dilakukan sepanjang 16 kilometer sesuai jalur pada fase pertama, Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.

"Sekarang sudah mulai pemasangan rel dan pengerjaan mechanical dan electrical. Kami optimis dapat mencapai target 93 persen pada akhir tahun ini," ujar William dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (25/7).

Pemasangan rel kereta ini dimulai pada jalur terowongan yang sudah terhubung dari Bundaran Senayan ke Bundaran. Pasalnya, pengerjaan jalur layang masih terkendala pembebasan lahan di beberapa titik.

"Hingga hari ini, perkembangan konstruksi fase 1 MRT Jakarta sudah mencapai 76,5 persen dengan rincian jalur layang 64 persen dan bawah tanah 88 persen," katanya.

Pihaknya merencanakan akan mendatangkan 96 kereta yang terpasang pada 16 set rangkaian. Puluhan kereta ini akan mengangkut penumpang hingga 173.400 orang setiap harinya. Kereta pertama akan tiba pada Maret 2018 nanti.

"Di Maret 2018 kereta pertama akan datang dan Agustus 2018 kita akan adakan integration system, termasuk cek sistem pengoperasian," ucapnya.

Setelah sistemnya terintegrasi, dia akan melakukan trial run mulai Desember tahun depan. Trial run ini akan dilakukan selama tiga bulan. Sehingga, rencana operasi komersial pada Maret 2019 nanti bisa terlaksana dengan baik. "Pada Desember 2018, kita akan adakan trial run atau uji coba selama tiga bulan. Rencananya pada Maret 2019 MRT Jakarta baru akan beroperasi secara komersial. Kita masih sesuai jadwal." tegasnya.

Terkait penentuan tarif, pihaknya masih belum bisa memastikan berapa rupiah yang harua dibayarkan masyarakat untuk menikmati MRT. Tarif tersebut, katanya, akan ditentukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama DPRD DKI Jakarta.

"Namun, cara penentuannya berdasarkan tiga faktor, yaitu jumlah penumpang (ridership), kemauan masyarakat untuk membayar (willingness to pay), dan subsidi pemerintah. Tentu saja kami akan mencari angka yang terbaik, yang tidak terlalu mahal atau terlalu murah." imbuhnya.

Dalam mengoperasikan MRT ini, katanya, akan dilakukan sesuai standar internasional. Setiap kereta memiliki jeda kedatangan (headway) hanya lima menit saja pada jam sibuk. Sedangkan saat jam tidak sibuk, headway MRT sekitar 10 menit.

"Durasi perjalanan 16 km dengan rute Lebak Bulus Bundaran Hotel Indonesia adalah 30 menit. Ini berarti bila kita berangkat pukul 07.00 WIB dari Stasiun Lebak Bulus, pukul 07.30 WIB kita sudah sampai di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia," jelasnya.

Direktur Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Agung Wicaksono mengatakan, harga tiket MRT di kota-kota besar di dunia rata-rata mencapai 13 ribu rupiah. Namun, tarif tiket ini akan ditentukan kemudian oleh pemerintah. Karena, katanya, tidak menutup kemungkinan pemerintah akan memberikan subsidi tersendiri seperti Transjakarta.

Sterilisasi trotoar

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat meminta agar seluruh trotoar yang ada di wilayah Ibu Kota steril dari kendaraan bermotor, sekaligus dimaksimalkan fungsinya.

"Tidak ada toleransi motor naik ke trotoar. Masing-masing wali kota dan pejabat terkait harus memantau dan menindaklanjuti kendaraan bermotor yang melewati trotoar," kata Djarot di Balai Kota, Jakarta Pusat.

Sementara itu, terkait keberadaan para pedagang kaki lima (PKL) yang sering kali berada di trotoar, menurut dia, pada dasarnya diperbolehkan berjualan di badan trotoar , namun sifatnya semi permanen, sehingga harus dilakukan penertiban, terutama bagi PKL yang mendirikan bangunan permanen di trotoar.

"Harus ada penataan lagi terhadap semua PKL yang berjualan di trotoar. Harus dijadwalkan juga jam operasional para PKL tersebut, sehingga kondisinya tetap tertib dan tidak menyalahi aturan," ujar Djarot.

Dia menuturkan penataan trotoar menjadi perhatian bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat, sekaligus mendorong masyarakat supaya lebih senang berjalan kaki.

"Kalau trotoarnya rapi, masyarakat pasti jadi lebih nyaman berjalan kaki dan mau menggunakan transportasi umum. Dengan begitu, kedepannya bisa terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan," tutur Djarot. pin/P-5

Redaktur: M Husen Hamidy

Penulis: Peri Irawan

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.