Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 29 Des 2018, 01:00 WIB

Ragam Biota Laut di Pantai Bunder

Foto: koran jakarta/gemma f purbaya

Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Jember, dan Bondowoso, wilayah ini juga penghubung utama antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali.

Untuk mencapai kabupaten ini dapat melalui berbagai moda transportasi, mulai dari darat, laut, hingga jalur udara. Dari jalur darat, masyarakat dapat menggunakan mobil pribadi melalui jalur utara ataupun jalur selatan. Jika ingin menggunakan moda transportasi umum, terdapat bus eksekutif atau patas dan ekonomi menuju Banyuwangi dari Jakarta. Ataupun kereta menuju Surabaya yang kemudian dilanjutkan ke Banyuwangi.

Dari jalur laut bisa dengan menaiki kapal ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Sementara dari jalur udara, saat ini ada beberapa maskapai yang menawarkan penerbangan langsung dari Jakarta menuju Banyuwangi, seperti Garuda, Citilink, dan Sriwijaya Air.

Dapat dikatakan, Banyuwangi merupakan daerah yang memiliki daerah wisata yang cukup lengkap, mulai dari wisata air hingga wisata pegunungan. Yang kini sedang menjadi tren adalah wisata air Pantai Bangsring Underwater (Bunder). Pantai Bunder terletak tidak jauh dari Pantai Tabuhan dan Pulau Menjangan, berada di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Pantai tersebut memiliki area seluas 15 hektare. Untuk memasuki pantai Bunder harus menggunakan mobil kecil karena area parkir yang masih terbatas. Selain itu, harga tiket masuknya pun sangat terjangkau, sekitar lima ribu hingga 10 ribu rupiah, belum termasuk aktivitas air yang ingin dilakukan.

Dulunya, warga Desa Bangsring yang berprofesi sebagai nelayan kerap kali melakukan penangkapan ikan dengan cara yang tidak baik sehingga merusak ekosistem laut di sekitar Pantai Bangsring. Namun, mereka kemudian sadar bahwa jika ekosistem laut rusak maka akan membuat mereka kesulitan dalam menangkap ikan. "Akhirnya, mereka mulai mengembalikan ekosistem laut di sekitar ini dan membangun Pantai Bangsring Underwater ini sebagai objek wisata," kata Putri, salah satu pemandu wisata di Bunder.

Bunder didirikan pada 2008 dan menawarkan pemandangan laut yang sangat eksotis. Terdapat keanekaragaman biota laut dengan pesona pantai berpasir putih. Adapun warna air di bibir pantai yaitu hijau kebiru-biruan yang semakin menjauhi pantai akan berubah menjadi biru muda.

Wisata air yang paling diminati di Bunder adalah snorkeling. 100 meter dari Pantai Bangsring, terdapat Rumah Apung di mana menjadi salah satu spot snorkeling para pengunjung untuk berenang bersama kumpulan para ikan (school fish).

Jika tidak menyukai aktivitas snorkeling, pengunjung bisa sekadar melihat pemandangan bawah laut Bunder yang begitu jernih dengan mata telanjang.

Untuk yang menyukai sedikit adrenalin, di Rumah Apung terdapat kolam yang berisikan hiu sehingga pengunjung bisa berenang di antara kawanan pemangsa lautan tersebut. Rata-rata ikan hiu tersebut memiliki panjang sekitar 50 cm dan pengunjung yang ingin berenang bersama mereka harus menaati peraturan khusus agar tidak membahayakan diri. Misalnya, tidak membuat gerakan mendadak dan jika turun ke kolam mesti secara perlahan agar tidak mengagetkan hiu tersebut.

Sedikit menjauhi Rumah Apung, pengunjung bisa mendapati penangkaran terumbu karang yang ada di Bunder serta melakukan aktivitas menyelam sehingga menelusuri lebih banyak keanekaragaman hayati yang ada di area ini.

Sabana ala Afrika

Wisata Banyuwangi yang tidak kalah populer adalah Taman Nasional Baluran. Terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, dan Wongsorejo, Banyuwangi. Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu Gunung Baluran.

Taman Nasional itu terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Yang paling mendominasi adalah sabana yang mendominasi sekitar 40 persen dari lahan.

Memiliki luas mencapai 25ribu hektare, Taman Nasional Baluran menawarkan keindahan sabana yang tidak kalah dengan sabana di Afrika. Para pengunjung pun dapat dengan bebas menikmati hewan-hewan yang berlalu-lalang dengan bebas di sabana, seperti rusa, banteng, kerbau liar, ayam hutan merah, kijang, kera, dan jika beruntung dapat menyaksikan macan tutul.

Waktu terbaik mengunjungi Taman Nasional Baluran adalah ketika musim panas, di mana rumput akan menghijau dan hewan-hewan akan keluar dari tempat persembunyiannya, bercengkrama dengan kawanannya di sabana terbuka.

Pengunjung disarankan membawa mobil pribadi guna lebih leluasa menikmati keindahan alam Taman Nasional ini, dengan tiket masuk sekitar 15 ribu rupiah per orang.

Di ujung Taman Nasional Baluran terdapat sebuah pantai yang memiliki air jernih dan hamparan pasir putih, yaitu Pantai Bama. Pantai ini menjadi habitat untuk sekawanan hewan liar, seperti kera dan berbagai burung langka endemik Jawa Timur.

Yang unik, pantai tersebut dikelilingi oleh tumbuhan mangrove. Pengunjung dapat menelusuri keindahan eksotika tumbuhan mangrove dari dekat dengan melalui jembatan pandang. Tak hanya itu saja, Pantai Bama kerap menjadi destinasi unggulan untuk para pengunjung yang menantikan pemandangan matahari terbit dan alam bawah laut yang menakjubkan. gemma f purbaya/E-3

Menikmati Api Biru di Kawah Ijen

Dari wisata air, sabana, tidak ketinggalan wisata pegunungan di Banyuwangi yang tidak kalah indahnya, yaitu Wisata Kawah Ijen. Terletak di Gunung Ijen, Kawah Ijen berada di ketinggian 2,443 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan terletak bersebelahan dengan Gunung Merapi.

Yang paling terkenal dari Kawah Ijen adalah pemandangan Api Birunya, yang disebut-sebut merupakan hanya ada dua di dunia. Api Biru ini hanya bisa dilihat pada saat keadaan gelap, sehingga pengunjung harus mulai mendaki pada saat tengah malam agar tidak kehilangan momen tersebut. Karena menurut pemandu lokal, Api Biru dapat dilihat sebelum pukul 4 pagi.

Track pendakian Kawah Ijen sekitar 3,4 km, dengan 5 pos pendakian. Sementara waktu yang ditempuh sendiri mencapai 2 jam pendakian, tergantung stamina setiap orang. Jalur yang dilalui pun menanjak sehingga membutuhkan tenaga yang ekstra, khususnya untuk para pemula atau orang yang belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Tetapi menjelang puncak, jalur pendakian cenderung landai meskipun harus berhati-hati karena di sisi kiri adalah tebing dan sisi kanan adalah jurang.

Ada dua toilet yang tersedia selama pendakian, yaitu di pos awal dan pos 5. Oleh karena itu, pengunjung disarankan jangan terlalu banyak mengonsumsi air selama pendakian, disarankan hanya ketika tenggorokan terasa kering.

Para pengunjung dapat merasakan dinginnya pegunungan ketika mencapai pos 3 dan akan semakin dingin saat tiba di puncak. Tak hanya itu, pemandangan pegunungan di sekitar Gunung Ijen dan Kabupaten Banyuwangi pun akan nampak dari kejauhan khususnya ketika menanjak pada malam hari.

Jika tidak sanggup menanjak lagi, di setiap tikungan atau pos pendakian terdapat warga lokal yang menawarkan "taksi". Taksi ini merupakan gerobak yang dipakai oleh penambang belerang di Kawah Ijen untuk mengangkut pengunjung ke puncak dan dikenai biaya. Harga taksi bervariasi, mulai dari 50 ribu rupiah hingga 600 ribu rupiah.

Kawah Ijen sama halnya seperti kawah pada gunung lainnya, seperti kawah di Gunung Tangkuban Perahu atau Ciwidey, memiliki warna biru kehijauan dan mengeluarkan asap belerang. Jika kondisi saat itu berangin, asap belerang bisa saja mencapai pinggir kawah sehingga menggunakan masker di Kawah Ijen sangat dianjurkan.

"Kalau saat menanjak tubuh terasa panas atau seakan berkeringat karena cuaca dingin biasanya kita tutup rapat, lebih baik longgarkan sedikit agar keringatnya bisa keluar," saran Willy, pemandu tur Kawah Ijen. gemma f purbaya/E-3

Redaktur:

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.