![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Psikolog: Kurangnya Informasi Baru Dapat Mengubah Persepsi Waktu pada Otak
Foto: ANTARA/Pexels/Oleksandr PJAKARTA - Psikolog klinis Dr Kimberly Chew mengatakan semakin tua usia menyebabkan otak semakin lambat menyerap informasi baru yang mengubah persepsi terhadap waktu.
Hal ini membuat saat usia bertambah waktu terasa semakin cepat karena menurunnya pengalaman baru atau “kejadian pertama” yang melibatkan emosi, seperti hari pertama sekolah, hari pertama ke luar negeri dan sebagainya.
“Itulah sebabnya sepuluh tahun pertama masa kanak-kanak sering kali terasa lebih lambat dan lebih berkesan, Momen-momen ini menonjol karena bersifat baru dan melibatkan emosi,” kata dia sebagaimana dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (9/2).
“Banyak dari kita juga terbiasa dengan rutinitas, ketika hidup menjadi rutinitas, hari-hari kita mulai bercampur, membuat waktu terasa kurang jelas dan lebih seperti berlalu begitu saja,” imbuh dia.
Dr Chew menjelaskan bahwa persepsi kita terhadap waktu sangat erat kaitannya dengan cara kita memproses informasi visual. Saat masih anak-anak, otak kita menyerap banyak sekali gambar dan pengalaman baru, sehingga waktu terasa lebih lambat dan lebih luas.
Namun, saat dewasa, otak kita menerima lebih sedikit gambar baru karena sebagian besar gambar yang kita temui sudah kita kenal. Dengan lebih sedikit masukan baru, waktu terasa berlalu lebih cepat. Berkurangnya asupan informasi visual baru ini adalah alasan lain mengapa tahun-tahun terasa kabur, kata Chew.
Ia juga menambahkan penggunaan media sosial juga memiliki dampak terhadap perubahan persepsi waktu ketika bertambahnya usia.
Psikolog sosial Jonathan Haidt menjelaskan bagaimana menghabiskan terlalu banyak waktu di dunia virtual – tempat interaksi tidak dialami secara langsung – dapat membuat orang merasa lebih terputus daripada terhubung.
Dr Chew menambahkan bahwa kurangnya koneksi ini tidak hanya meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan suasana hati atau kecemasan, karena orang-orang di media sosial sering kali berpikir tentang berada di tempat lain daripada hadir, tetapi juga membuat mereka merasa terpisahkan dari waktu dan kenyataan.
Ia memberikan saran untuk lebih menikmati waktu dengan cara menciptakan pengalaman baru yang bisa membuat jangkar memori untuk memperjelas waktu. Liburan singkat, perjalanan darat, atau menjelajahi sudut-sudut tersembunyi di kota yang sudah kita kenal dapat membantu.
Dia merekomendasikan aktivitas yang meningkatkan kreativitas dan perhatian, keduanya dapat membantu memperlambat persepsi kita tentang waktu.
Untuk benar-benar menikmati waktu dan menghindari perasaan terjebak dalam satu fase kehidupan, kita perlu memproses pengalaman masa lalu kita daripada membiarkannya berlama-lama tanpa terselesaikan.
“Jika tidak memproses peristiwa penting dengan benar, pikiran kita mungkin secara tidak sadar akan melekat pada peristiwa tersebut, membuat kita merasa seperti sedang berjalan otomatis alih-alih melangkah maju dengan sehat,” kata dia. Ant/I-1
Berita Trending
- 1 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 2 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
- 3 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 4 Warga Kupang Terdampak Longsor Butuh Makanan dan Pakaian
- 5 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
Berita Terkini
-
Tentukan Awal Puasa, Kemenag Gelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025
-
Malut United Evaluasi Pemain Jelang Laga Tandang Kontra Bali United
-
Manchester City Kontra Real Madrid, Ancelotti: Ini Seperti Mimpi Buruk
-
Trump: Gencatan Senjata Gaza Harus Dibatalkan Jika Sandera Tidak Dibebaskan pada hari Sabtu
-
Inzaghi Puas Inter Milan Balas Dendam dengan Fiorentina, Kini Bidik Juventus