
Protein Aktin Sebabkan Penyebaran Kanker ke Organ Lain
Foto: IstimewaSalah satu kondisi yang sering dialami oleh pasien kanker adalah mengalami metastasis. Dalam kondisi tersebut berarti sel kanker telah menyebar dari satu organ atau jaringan tubuh ke organ atau jaringan tubuh lainnya.
Metastasis bukan hanya terjadi ketika kanker pertama kali muncul. Namun dapat terjadi di mana saja, baik di daerah tempat kanker berasal atau jauh dari tempat awal kehadirannya. Sel metastatik terbentuk pada kanker pertama kemudian melepaskan diri darinya, bermigrasi ke organ lain, menempel padanya dan membentuk tumor baru.
Bagi pasien kanker, kondisi tersebut cukup membahayakan. Penyebaran ini mengurangi peluang pasien untuk sembuh, serta mempersulit dokter dalam penanganan karena sel kanker menyebar bukan hanya secara lokal dengan berpindah ke jaringan sehat terdekat namun menyebar secara regional ke organ yang jauh.
Salah satu penyebab terjadinya metastasis karena sel kanker tersebut biasanya menyebar melalui darah atau kelenjar getah bening. Beberapa tempat yang biasanya mengalami metastasis adalah tulang, liver atau hati, paru-paru, otak, peritoneum atau rongga perut, kelenjar adrenal, dan vagina.
Peneliti di University of Freiburg di Jerman menunjukkan bahwa pengangkutan molekul di sepanjang kerangka sel memainkan peran penting dalam metastasis kanker. Menurut penelitian itu, metastasis terjadi ketika sel kanker melepaskan diri dari tumor primer dan menyebar ke seluruh tubuh, mengharuskan mereka memutuskan hubungan dengan sel tetangga dan bermigrasi ke jaringan lain.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Robert Grosse dan Dr Carsten Schwan dari University of Freiburg menemukan pelepasan faktor prometastatik, yang mendorong keganasan tumor, dipengaruhi oleh kerangka sel.
"Molekul pensinyalan yang dilepaskan oleh sel kanker mendorong kedua proses dan dengan demikian meningkatkan keganasan tumor," demikian laporan penelitian yang diterbitkan pada jurnal Advanced Science edisi 24 Januari 2023 lalu.
Penelitian mereka menyatakan protein aktin memiliki beberapa peran dalam perbanyakan sel kanker. Filamen benang-benang tipis dari protein aktin adalah bagian dari kerangka sel dan penting untuk stabilitas dan motilitas. Mereka membentuk jaringan yang secara dinamis membangun dan dipecah dengan penambahan atau pelepasan blok bangunan di ujung filamen. Proses ini secara tepat diatur oleh molekul lain, seperti yang disebut formin.
Dinamika jaringan aktin memungkinkan pergerakan sel, misalnya selama perkembangan atau penutupan luka, tetapi juga penyebaran sel kanker. Aktin juga berperan dalam pengangkutan zat di dalam sel. Namun, ini kurang dipahami dengan baik dibandingkan dengan mekanisme transportasi intraseluler lainnya.
Pengamatan Mikroskopis
Para peneliti dari University of Freiburg sekarang menemukan bahwa jaringan aktin juga memungkinkan pelepasan faktor prometastatik. Untuk studi mereka, mereka menggunakan mikroskop resolusi tinggi untuk melacak pergerakan vesikel transportasi individu dalam sel kanker hidup.
"Kami mengamati bahwa vesikel bermuatan ANGPTL4 dibawa ke pinggiran sel melalui polimerisasi filamen aktin yang dinamis dan terlokalisasi," kata Grosse, yang merupakan anggota Cluster of Excellence CIBSS -Center for Integrative Biological Signaling Studies di Universitas Freiburg.
ANGPTL4 adalah faktor prometastatik penting yang mendorong pembentukan metastasis pada berbagai jenis kanker. Sedangkan FMNL2 mengontrol transportasi ANGPTL4 sepanjang filamen aktin. Berdasarkan pengamatan mikroskopis dan analisis genetik, para ilmuwan menyimpulkan bahwa pergerakan vesikel dikendalikan oleh molekul mirip-formin FMNL2 dengan memulai polimerisasi.
Proses ini berupa pemanjangan filamen aktin langsung di vesikel. "Kami sudah mengetahui bahwa peningkatan aktivitas FMNL2 memiliki efek prometastatik pada banyak jenis tumor," kata Grosse. "Dalam pekerjaan kami saat ini, kami sekarang dapat mendemonstrasikan proses dasar yang penting dan koneksi ke jalur pensinyalan TGFbeta," papar dia.
Menurut ilmuwan, pengetahuan ini dapat digunakan untuk diagnosis atau terapi tumor. Misalnya, dengan mengembangkan antibodi yang menunjukkan adanya FMNL2 aktif atau secara farmakologi menargetkan FMNL2 aktif yang terfosforilasi. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Kemenag: Kuota 1.838 Jemaah Haji Khusus Belum Terisi
- 2 Kabupaten Meranti mulai laksanakan Program Makan Bergizi Gratis
- 3 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 4 Pram-Rano Akan Disambut dengan Nuansa Betawi oleh Pemprov DKI
- 5 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji
Berita Terkini
-
Gas! Hujan-hujan Khofifah-Emil Semangat Jalani Gladi Bersih Pelantikan
-
Aman, Pengobatan HIV Warga Surabaya Tak Kena Efisiensi Anggaran
-
Antisipasi Lonjakan Harga, Persiapan Operasi Pasar Ramadan Terus Dimatangkan, Efektifkah?
-
Mudik Lebih Hemat, Ada Diskon Tiket Pesawat 10 Persen di Lebaran Ini, Catat Waktunya
-
Gawat, Kredit Macet Pinjol Kian Mengkhawatirkan, Jumlahnya Sangat Fantastis