Progres Pemasangan Jaringan Listrik Aliran Kereta Cepat Jakarta-Bandung Capai 80 persen
Pekerja memasang jaringan listrik aliran atas atau "overhead catenary system" (OCS) untuk operasional Kerata Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Foto: ANTARA/HO-KCICJAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melaporkan progres pemasangan jaringan listrik aliran atas atau overhead catenary system (OCS) dari Stasiun Halim, Jakarta Timur, hingga Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jabar, sudah mencapai di atas 80 persen.
Adapun pemasangan OCS tersebut untuk operasional Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Sementara, KCIC menyebut untuk ruas Stasiun Padalarang hingga Stasiun Tegalluar pemasangannya telah mencapai 100 persen.
"Saat ini, KCIC bersama seluruh kontraktor sedang melakukan percepatan pemasangan OCS di beberapa stasiun, depo, dan ruas tertentu. Ini adalah komitmen kami untuk bergegas menyelesaikan to do list yang masih ada jelang operasional KCJB," ucap General Manager Corporate Secretary KCIC Rahadian Ratry dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu (29/4).
Untuk mengoperasikan KCJB, stasiun, dan seluruh peralatan yang terpasang di trase KCJB dari Stasiun Halim hingga Stasiun Tegalluar dibutuhkan kekuatan hingga 246,3 megavolt ampere (MVA).
Sedangkan, untuk KCJB, tenaga listriknya akan disalurkan melalui jaringan listrik aliran atas atau OCS.
KCIC menyebut akan terus mengawal jalannya pemasangan OCS agar sesuai dengan standar keselamatan dan keamanan serta terus berkoordinasi dengan seluruh stakeholder.
"Tujuannya, agar KCJB dapat segera dioperasikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.," kata Rahadian.
Lebih lanjut, dia mengatakan penggunaan energi listrik pada layanan KCJB diharapkan mampu mengurangi emisi karbon di wilayah yang dilalui dari Jakarta hingga Bandung.
"KCJB turut serta dalam kelestarian lingkungan melalui penggunaan energi listrik dalam operasionalnya. Pasalnya, polusi yang dihasilkan dari kereta api dengan bahan bakar listrik adalah nol atau tidak ada sama sekali jika dibandingkan dengan kereta api bertenaga diesel," ujarnya.
KCIC menyatakan berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Department for Transport (DfT) Britania Raya, karbon per mil penumpang dari kereta listrik lebih rendah hingga 35 persen dibandingkan kereta diesel.
"Ini merupakan bukti salah satu sumbangsih dan manfaat kehadiran KCJB di Indonesia. Hal tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada konferensi G20, di mana Indonesia turut berkontribusi dalam menangani perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan," kata Rahadian.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Kasad: Tingkatkan Kualitas Hidup Warga Papua Melalui Air Bersih dan Energi Ramah Lingkungan
- 3 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 4 Pelaku Pembobol Ruang Guru SMKN 12 Jakut Diburu Polisi
- 5 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”
Berita Terkini
- Wow! Bitcoin Tembus $1,77 Triliun, Potensial Jadi Alternatif Investasi
- Dua PLTS Berkapasitas 129 MW di Rumania Segera Dibangun
- Kasus Bullying Siswa SMA di Surabaya, TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka
- Ringo Starr “The Beatles” Rilis Album “Look Up”, Usung Musik Country
- Ditjen Hubdat Ajak Stakehoder Ciptakan Angkutan Barang Berkeselamatan