Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Profesi Akuntan di Era Digital

Foto : Istimewa

Ignatia Ryana, Dosen Prodi Akuntansi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

A   A   A   Pengaturan Font

Opini oleh: Ignatia Ryana, Dosen Prodi Akuntansi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Transformasi pasar tenaga kerja telah terjadi secara cepat akibat keberadaan digital dan pandemi Covid-19. Aturan yang menyangkut sustainability akan menjadi tujuan perusahaan secara global. Terdapat tiga aspek utama yang menjadi rujukan sustainable development goal, yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Manusia hidup harus secara seimbang dengan lingkungannya. Kebahagiaan dan kenyamanan yang kita nikmati saat ini, tidakah elok jika harus mengurangi kenyamanan generasi di bawah kita. Oleh karena itu issue digitalisasi dan sustainability akan menjadi fokus utama operasional perusahaan.

G20 baru-baru mendeklarasikan dukungannya untuk International Sustaibality Standard Board. Hal ini karena pengungkapan sustainability memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan investor dalam hal pertimbangan risiko dan kesempatan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) perlu memiliki dewan standard sustainability dalam skala global yang memberikan aturan dan pengawasan secara menyeluruh. Perusaahaan wajib memiliki financial disclosure standard karena berdampak pada financial performance dan financial position.

Profesi Akuntan dalam Memberikan Justifikasi

Laporan Keuangan bertujuan memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan, sehingga banyak proses yang terlibat seperti pencatatan, peringkasan, serta analisa dari data keuangan yang telah dikumpulkan. Akuntan berperan penting dalam menyiapkan laporan keuangan perusahaan. Meskipun mengalami banyak perubahan, profesi akuntan dinilai masih dominan hingga saat kini. Profesi akuntan perlu menyesuaikan diri dan bergerak cepat merespon era transformasi digital.

Seorang akuntan berkerja tidak hanya berbasis data, namun melibatkan beberapa justifikasi profesional. Laporan keuangan disusun berdasarkan pendekatan akrual dengan alasan lebih rasional dan adil serta mampu mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan atau kebebasan kepada pihak manajemen dalam menentukan metode akuntansi.

Manajemen akan memberikan estimasi yang masih sesuai dengan aturan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Dalam sudut pandang akuntansi, praktik yang melibatkan justifikasi manajemen disebut sebagai praktik manajemen laba. Salah satu tujuan manajemen laba adalah meningkatan kesejahteraan pemangku kepentingan dalam memenuhi pencapaian target. Manajemen laba melibatkan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba. Definisi lain menjelaskan manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan dan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini pada perusahaan. Manajer bertanggung jawab atas laba yang dilaporkan tanpa mengakibatkan penyimpangan profitabilitas ekonomi jangka panjang.

Lebih lanjut, pengukuran manajemen laba dalam suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan dua konsep akrual yaitu discretionary accrual dan nondiscretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan laba atau beban yang bebas yang tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan manajemen. Nondiscretionary accrual adalah pengakuan akrual laba yang wajar dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan

Profesi Akuntan di Masa Depan

Beberapa pakar bisnis mengatakan 14 persen tenaga kerja global akan beralih dalam 10 tahun ke depan. Hal ini sebagai akibat kemajuan teknologi dan otomatisasi mesin. Kemajuan teknologi dan digitalisasi mampu mengelola data dan meringkas tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan manusia. Hal ini terjadi hampir pada semua bidang pekerjaan, seperti membaca kontrak dalam bidang hukum, menganalisis rekam medis pasien dalam bidang kedokteran termasuk melakukan analisis pasar dalam bidang ekonomi. Bahkan otomatisasi dan digitalisasi dalam beberapa kasus terbukti mampu mengungguli pekerjaan manusia.

Dampak digitalisasi dari kacamata peningkatan profitabilitas, berhubungan dengan pengurangan biaya dan peningkatan skala produksi. Profesi akuntan tentu masih bisa terlibat dalam proses digitalisasi. Otomatisasi mesin dan teknologi yang dibangun perusahaan akan melibatkan desainer eksternal. Dalam bidang akuntansi mereka disebut sistem analis. Seorang system analyst akan melakukan desain sistem yang sesuai dengan proses bisnis perusahaan. System analyst musti memastikan teknologi perusahaan dapat dipercaya dan transparan.

Masa depan pekerjaan akan berubah, namun keberadaan teknologi tidak perlu disikapi sebagai sebuah ancaman yang menyebabkan pengangguran. Efisiensi proses berasal dari eleminasi redundancy, sedangkan peningkatan profit adalah akibat kenaikan skala produksi. Respons positif pemerintah dan kontribusi organisasi profesional pada peralihan pekerjaan akibat adanya digitalisasi diperlukan untuk mampu menciptakan kontrol dan keamanan. Dengan kata lain, batas-batas pekerjaan dan sistem pengendalian perlu bekerja secara berkesinambungan sehingga teknologi bukan dimanfaatkan untuk kepentingan individu.

Terdapat peluang sekaligus ancaman bagi profesi akuntan saat ini. Seorang akuntan harus mengikuti perkembangan zaman secara komprehensif. Jika dulu internal auditor cukup berfokus pada historical view, maka saat ini mereka wajib memiliki pandangan ke depan. Keterlibatan kantor akuntan publik yang secara berkala menyiapkan laporan keuangan, harus mempu merespon digitalisasi dan sustainability.

Pekerjaan akuntan tidak hanya berbasis pada data historis semata yang secara kilat dapat dikerjakan oleh robot. Nyatanya, pekerjaan akuntansi memerlukan jugdement secara profesional. Oleh karena itu, sebagai organisasi professional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) harus selalu tumbuh, kuat dan berkelanjutan.***


Redaktur : Eko S
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top