Presiden Terpilih Iran Siap untuk 'Dialog Konstruktif' dengan Eropa
Presiden terpilih Iran Masoud Pezeshkian.
Foto: anews.com.trTEHERAN - Presiden terpilih Iran Masoud Pezeshkian mengatakan ia berharap hubungan dengan negara-negara Eropa membaik, meskipun ia menuduh mereka mengingkari komitmen untuk mengurangi dampak sanksi AS.
Pezeshkian memenangkan pemilihan putaran kedua melawan mantan negosiator nuklir ultra konservatif Saeed Jalili minggu lalu.
Pria berusia 69 tahun itu menyerukan "hubungan konstruktif" dengan negara-negara Barat untuk "mengeluarkan Iran dari isolasinya", dan mendukung menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan global.
Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018, dan memberlakukan kembali sanksi, yang menyebabkan Iran secara bertahap mengurangi komitmennya terhadap ketentuan kesepakatan tersebut. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk mengekang aktivitas nuklir Iran yang menurut Teheran bertujuan damai.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Jumat (30/8) malam di surat kabar berbahasa Inggris Tehran Times, Pezeshkian mengatakan, setelah AS menarik diri dari kesepakatan 2015, negara-negara Eropa berkomitmen untuk mencoba menyelamatkannya dan mengurangi dampak sanksi AS.
"Negara-negara Eropa telah mengingkari semua komitmen ini," tulis Pezeshkian.
"Meskipun ada kesalahan-kesalahan ini, saya berharap dapat terlibat dalam dialog yang konstruktif dengan negara-negara Eropa untuk menempatkan hubungan kita di jalur yang benar, berdasarkan prinsip-prinsip saling menghormati dan kedudukan yang setara."
Ia mengatakan kedua pihak dapat mengeksplorasi "berbagai bidang kerja sama" jika Eropa "menyingkirkan supremasi moral yang dibuat-buat yang disertai dengan krisis yang dibuat-buat yang telah mengganggu hubungan kita selama ini."
Juru bicara Uni Eropa Nabila Massrali sebelumnya mengucapkan selamat kepada Pezeshkian atas pemilihannya, dengan mengatakan blok beranggotakan 27 negara itu "siap untuk terlibat dengan pemerintahan baru sejalan dengan kebijakan Uni Eropa tentang keterlibatan kritis".
Meninggalnya presiden ultra konservatif Ebrahim Raisi dalamkecelakaanhelikopter mengharuskan pemilu digelar tanggal 6 Juli, yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2025.
Dalam putaran kedua, Pezeshkian memperoleh sekitar 54 persen suara melawan Jalili yang sekitar 44 persen, dengan jumlah pemilih hampir setengah dari 61 juta pemilih Iran.
Pezeshkian adalah seorang ahli bedah jantung yang satu-satunya pengalaman pemerintahannya adalah sebagai menteri kesehatan sekitar dua dekade lalu.
Ia dianggap sebagai seorang "reformis" di Iran, dan merupakan satu-satunya kandidat dari kubu tersebut yang diizinkan untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum, yang mana semua pesaingnya disetujui oleh Dewan Wali Iran.
AS Harus Hadapi 'Kenyataan'
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memiliki keputusan akhir mengenai semua masalah kebijakan utama di negara tersebut.
Berdasarkan kesepakatan tahun 2015 yang dicapai dengan susah payah, Iran setuju untuk membekukan program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional yang melumpuhkan.
Setelah penarikan diri AS dan penerapan kembali sanksi, Iran secara bertahap mulai mengingkari komitmennya terhadap perjanjian tersebut.
"Amerika Serikat juga perlu mengakui kenyataan dan memahami, sekali dan untuk selamanya, bahwa Iran tidak -- dan tidak akan -- menanggapi tekanan," kata Pezeshkian, yang akan dilantik pada tanggal 30 Juli.
Para pihak dalam kesepakatan 2015 dengan Iran melihatnya sebagai cara terbaik untuk menghentikan republik Islam itu membangun bom nuklir -- sebuah tujuan yang selalu dibantah Teheran.
Anggota Uni Eropa, Prancis dan Jerman, juga merupakan pihak dalam kesepakatan itu, bersama dengan Inggris, China, dan Russia.
Negara-negara Eropa mencoba menyelamatkannya, tetapi Iran menuduh mereka bersikap tidak bertindak.
Di bawah mendiang presiden Raisi, Iran berupaya meningkatkan hubungan dengan Tiongkok dan Russiasambil memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangga Arab, terutama Arab Saudi, untuk menghindari isolasi yang lebih dalam.
Dalam artikelnya, Pezeshkian menggambarkan Russiasebagai "sekutu strategis yang berharga" dan mengatakan bahwa ia berharap "dapat bekerja sama lebih luas" dengan Tiongkok.
Ia mengatakan Iran ingin bekerja sama dengan negara-negara tetangga Arabnya dan Turki untuk memperdalam hubungan ekonomi dan perdagangan serta "mengatasi tantangan bersama".
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Bappenas Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Sasar Kelompok Bawah
- TNI Berperan Penting Ciptakan Suasana Kondusif Saat Pilkada
- Pasangan Risma-Gus Hans Sampaikan Permohonan Maaf di Akhir Masa Kampanye Pilgub Jatim
- Degrowth, Melawan Industrialisasi dan Konsumsi Berlebihan Demi Masa Depan yang Berkelanjutan
- Hardjuno Pertanyakan RUU Tax Amnesty Tiba-tiba Masuk Prolegnas Prioritas Saat RUU Perampasan Aset Tidak