Presiden Minta Mal Prioritaskan Produk Lokal
Terkait dengan kinerja perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kamis, melaporkan defisit neraca perdagangan Indonesia per Juli 2019 mencapai 60 juta dollar AS. Defisit itu disebabkan nilai ekspor yang sebesar 15,45 miliar dollar AS, lebih rendah dibandingkan dengan impor yang senilai 15,51 miliar dollar AS.
Defisit perdagangan itu terutama berasal dari neraca migas yang defisit 142,4 juta dollar AS. Secara kumulatif Januari-Juli 2019, neraca perdagangan masih mencatatkan defisit 1,90 miliar dollar AS.
Kontraksi Pertumbuhan
Sebelumnya, peneliti Indef, Aryo DP Irhamna, mengingatkan agar Indonesia mewaspadai potensi resesi global yang dipicu oleh perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Menurut dia, kemungkinan krisis akan menjalar melalui jalur perdagangan yang akan berdampak pada depresiasi rupiah. Oleh karena itu, kinerja perdagangan harus benar-benar menjadi perhatian, yakni dengan serius mengurangi impor barang konsumsi, terutama barang yang bisa diproduksi di dalam negeri.
Sementara itu, CNN, Kamis, melaporkan lima negara raksasa ekonomi di dunia berisiko mengalami resesi ekonomi. Kelima negara itu adalah Jerman, Inggris, Italia, Brasil, dan Meksiko. Resesi ekonomi biasanya didefinisikan sebagai kontraksi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua kuartal berturut-turut.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya