Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Etika Berpolitik | Semua Pihak Harus Tinggalkan Sikap dan Ucapan yang Memecah Belah

Presiden Kesal Perilaku Sontoloyo

Foto : ANTARA/PUSPA PERWITASARI

SERUKAN KERUKUNAN | Presiden Joko Widodo didampingi Menristek Dikti M Nasir (tengah) dan Ketua Umum PGI Henriette Tabita Hutabarat (kanan) saat membuka Pertemuan Pimpinan Gereja dan Rektor/Ketua Perguruan Tinggi Agama Kristen Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/10). Presiden meminta para pimpinan gereja dan Rektor Universitas Kristen Indonesia untuk menyerukan kerukunan dan menjunjung tinggi keragaman ras, suku, budaya serta agama di Indonesia sebagai kekayaan bangsa.

A   A   A   Pengaturan Font

Jokowi mengingatkan kepada para politikus tersebut bahwa ini bukan lagi zamannya menggunakan kampanyekampanye misalnya politik adu domba, pecah belah atau politik kebencian."Sudah bukan zamannya lagi. Zamannya politik sekarang adalah politik adu program, kontestasi program, adu gagasan, adu ide, prestasi. Sudah saya sampaikan, adu rekam jejak," ujarnya.

Tetapi, lanjut Jokowi, jikalau masih ada politikus yang memakai cara-cara lama seperti politik kebencian, menggnakan politik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) , adu domba dan pecah belah, maka itulah yang namanya tadi politik sontoloyo.

Penjelasan soal politikus sontoloyo juga dilakukan Presiden saat memberikan sambutan dalam acara penyerahan sertifikat hak atas tanah kepada 5000 warga Jakarta Selatan di Lapangan Bola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10).

Soal Kebinekaan

Sementara itu saat pembukaan pertemuan Pimpinan Gereja dan Ketua Perguruan Tinggi Agama Kristen Seluruh Indonesia di Istana Negara, Rabu, Presiden mengatakan bahwa persoalan mengenai kebangsaan, keberagaman dan kebinekaan di Indonesia sudah selesai semua. Bahkan, para pendiri bangsa pun sepakat terkait hal tersebut.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Muhamad Umar Fadloli

Komentar

Komentar
()

Top