Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Porang yang Tengah Naik Daun

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Harga tinggi membuat tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) saat ini banyak dibudidayakan. Tanaman yang masih kerabat dengan suweg dan iles-iles itu banyak diekspor terutama Jepang dan Tiongkok sebagai bahan makanan, kosmetik, maupun suplemen.

Ciri-ciri porang memiliki batang berkulit halus serta bercorak belang hijau atau putih. Daunnya hijau dengan ukuran lebar, bercabang-cabang, berujung runcing. Bunganya lebih mirip cabai berwarna merah sedikit oranye.

Tidak seperti suweg, permukaan umbi porang tidak berbintil. Setelah dikupas, bagian dalam porang terlihat berwarna krem hingga jingga dengan serat-serat halus, sedangkan iles-iles berwarna putih dan keruh.

Karena beragam manfaat, porang kini diolah menjadi banyak produk siap konsumsi seperti mi atau ramen, sabun, minuman, suplemen, dan campuran makanan lainnya. Tingginya permintaan porang dari pasar luar negeri membuat harganya di tingkat petani saat ini antara 5.000-10.000 rupiah perkilo.

Data Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2020 menyebutkan total ekspor porang ke beberapa negara telah mencapai 32.000 ton, dengan nilai 1,42 triliun rupiah, ataupeningkatan sebesar 160 persen dibandingkan 2019.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan komoditas porang dalam bentuk tepung dan chip saat ini diekspor ke 16 negara, seperti Tiongkok, Jepang, Thailand, Taiwan, dan Myanmar. Adapun beberapa negara lain masih minta.

Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas porang, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan lima cara bertindak (CB). CB 1 pengembangan kapasitas dan peningkatan produksi. CB 2 berkaitan dengan pangan lokal. CB 3 penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. CB 4 pengembangan pertanian modern, dan CB 5 gerakan tiga kali ekspor (Gratieks).

Nilai Tambah

Ia menambahkan, strategi pengembangan tanaman porang akan dilakukan dengan memacu riset pengolahan dan produk turunannya ke arah industri pangan. Strategi lainnya adalah peningkatan pengawasan larangan ekspor porang segar (umbi, bulbil, biji) dalam rangka mengamankan plasma nutfah lokal porang.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Dr Fadjry Djufry, mengatakan porang bukan hanya untuk kebutuhan ekspor, namun bisa dikembangkan untuk pasar dalam negeri berupa produk prospektif yang bisa dibuat oleh kelompok tani.

"Peluang produk-produk olahan dari bahan porang untuk pasar dalam negeri terbuka. Apalagi kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan kebutuhan pangan fungsional meningkat," ujar Fadjry.

Menurut Fadjry, agribisnis porang tidak hanya bersifat sementara atau monkey business. Berdasarkan tingginya peluang pasar yang luas dan dapat dikembangkan, komoditas porang dinilai masih menjanjikan.

"Tantangan ke depan dalam pengembangan tanaman porang adalah penyediaan logistik benih dan pengolahan porang menjadi produk bernilai tambah dan berdaya saing tinggi. Selain itu, peran serta penerapan teknologi inovasi juga menjadi faktor kunci penentu keberhasilan pengembangan porang," terangnya. Hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top