Rabu, 12 Feb 2025, 16:20 WIB

Pontianak Tingkatkan Standarisasi Perpustakaan

Workshop Petugas Perpustakaan Tahun 2025 di Pontianak, Rabu (12/2).

Foto: ANTARA/Dedi

PONTIANAK - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, Kalimantan Barat, terus melakukan upaya peningkatan standarisasi perpustakaan daerah itu dengan melibatkan 100 petugas perpustakaan sekolah, kelurahan, dan rumah ibadah.

"Jadi untuk meningkatkan standarisasi perpustakaan yang ada di Kota Pontianak mulai sekolah, kelurahan, hingga rumah ibadah, ada 100 petugas kita beri bimbingan melalui lokakarya perpustakaan," ujar Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan SDM Kota Pontianak Rusdalita di Pontianak, Rabu.

Ia menegaskan lokakarya yang dilaksanakan 12 hingga 13 Februari 2025 merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah, selain untuk dalam mendorong standarisasi juga untuk akreditasi perpustakaan di wilayahnya.

“Perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, tetapi juga pusat informasi, edukasi, dan peningkatan wawasan masyarakat. Oleh karena itu peningkatan kapasitas dan keterampilan petugas perpustakaan menjadi suatu keharusan agar layanan yang diberikan semakin berkualitas,” ucapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pontianak Rendrayani menjelaskan lokakarya digelar dengan fokus pada literasi dan standarisasi perpustakaan.

Penyelenggaraannya sejalan dengan tiga program prioritas Perpustakaan Nasional 2025-2029, yaitu penguatan budaya membaca dan peningkatan kecakapan literasi, pengarusutamaan naskah Nusantara, dan standarisasi dan akreditasi perpustakaan.

Menurut Rendrayani, penguatan budaya membaca harus ditunjang dengan penyediaan bahan bacaan yang variatif dan berkualitas, serta perpustakaan yang memenuhi standar nasional.

“Membaca bukan sekadar memahami teks, tetapi juga meningkatkan kecakapan literasi, memperluas wawasan, dan memperbaiki kemampuan berpikir kritis. Perpustakaan harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi agar tetap relevan,” kata dia.

Salah satu materi utama dalam lokakarya ini adalah transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, sebuah pendekatan yang menjadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk belajar dan berinovasi.

Materi lainnya meliputi pengelolaan bahan perpustakaan, akreditasi perpustakaan, dan pengenalan sistem manajemen perpustakaan berbasis web (INLISLite).

Kegiatan tersebut diharapkannya dapat membekali para peserta dengan keterampilan dan wawasan baru dalam mengelola perpustakaan secara efektif dan efisien.

“Kami ingin perpustakaan, baik di sekolah, kelurahan, maupun rumah ibadah, bisa lebih maksimal dalam mencerdaskan masyarakat dengan koleksi yang memadai dan pengelolaan yang sesuai standar,” kata dia.

Redaktur: -

Penulis: Deri Henriawan

Tag Terkait:

Bagikan: