Polisi dan Warga Bunuh 28 Orang Anggota Geng
Sejumlah polisi Haiti di Port-au-Prince berlindung di balik tembok saat mereka adu tembak dengan anggota geng pada 11 November lalu. Pada Selasa (19/11) kembali terjadi bentrokan antara polisi dengan geng kriminal yang menewaskan 28 orang anggota geng.
Foto: AFP/Clarens SIFFROYPORT-AU-PRINCE - Pihak berwenang Haiti pada Selasa (19/11) melaporkan bahwa polisi dan kelompok bela diri sipil telah menewaskan 28 orang yang diduga anggota geng di Port-au-Prince dalam sebuah operasi semalam, sementara LSM Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan pihaknya harus menghentikan operasi di ibu kota Haiti itu.
Saat pemerintah berupaya mendapatkan kembali kendali atas ibu kota yang penuh kekerasan dan kekacauan itu, MSF memperingatkan bahwa penegakan hukum dan ketertiban telah menjadi ancaman langsung, bahkan saat anggota geng terus menyerang beberapa distrik.
Mengingatkan pada aksi pembalasan berdarah sebelumnya terhadap geng-geng di negara itu, seorang fotografer AFP menyaksikan orang-orang membakar mayat yang diduga para anggota geng di jalan, dengan ban ditumpuk di atasnya dan dibakar.
Polisi melepaskan tembakan hingga menewaskan 10 orang, dan kemudian mengejar mereka yang melarikan diri dengan bantuan kelompok bela diri, yang dibentuk oleh penduduk yang menentang geng-geng tersebut dan kekuasaan mereka yang penuh kekerasan di sebagian besar wilayah negara.
Saat ini geng-geng kriminal bersenjata lengkap menguasai sekitar 80 persen kota dan secara rutin menargetkan warga sipil meskipun ada pasukan internasional yang didukung PBB dan dipimpin Kenya, telah dikerahkan untuk membantu polisi yang kalah senjata. Pekan lalu, polisi Haiti menghentikan ambulans MSF, menembak dan menewaskan dua pasien.
“Akibat ancaman serius terhadap stafnya oleh anggota kepolisian Haiti, MSF terpaksa menangguhkan kegiatannya di Port-au-Prince hingga pemberitahuan lebih lanjut,” demikian bunyi siaran pers dari LSM tersebut.
“Di Haiti dan tempat lain, kami terbiasa bekerja dalam kondisi yang sangat tidak aman, tetapi ketika penegak hukum dan ketertiban menjadi ancaman langsung, kami tidak punya pilihan selain menangguhkan proyek kami.”
Kisruh Politik
Ibu kota Haiti telah menyaksikan pertempuran baru dalam sepekan terakhir dari aliansi geng Viv Ansanm yang pada Februari lalu membantu menggulingkan perdana menteri saat itu, Ariel Henry.
Pada Selasa, jalanan hampir sepi setelah polisi dan warga mendirikan barikade di beberapa lingkungan setelah PBB memperingatkan bahwa geng-geng kriminal itu dilaporkan mulai menguasai kota.
Juru bicara Viv Ansanm, Jimmy “Barbecue” Cherisier, seorang pemimpin geng terkenal, telah menyerukan pengunduran diri pemerintah transisi yang saat ini memimpin negara tersebut. “Koalisi Viv Ansanm akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan Dewan Presiden Transisi,” kata Cherisier pada Senin (18/11) malam. Beberapa jam kemudian koalisi melancarkan serangan ke beberapa wilayah ibu kota, termasuk Petion-Ville, Bourdon dan Canape Vert.
Menurut laporan PBB bulan lalu, lebih dari 1.200 orang di Haiti tewas dari Juli hingga September. Sedangkan Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB akhir pekan lalu menyatakan lebih dari 20.000 orang telah mengungsi di Port-au-Prince dalam kurun waktu empat hari saja pada pekan lalu. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 2 Kenaikan PPN 12% Bukan Opsi Tepat untuk Genjot Penerimaan Negara, Pemerintah Butuh Terobosan
- 3 Pemerintah Harus Segera Hentikan Kebijakan PPN 12 Persen
- 4 Desa-desa di Indonesia Diminta Kembangkan Potensi Lokal
- 5 Libur Panjang, Ribuan Orang Kunjungi Kepulauan Seribu
Berita Terkini
- Saham Honda Melonjak 16 Persen Setelah Pengumuman Pembelian Kembali
- Malam Tahun Baru, Pemprov DKI Bikin Acara Seru dari Pagi sampai Malam
- Indonesia Resmi Jadi Negara Mitra BRICS pada Januari 2025
- Menteri Perdagangan Tinjau Harga Pangan
- Wow! Kereta Panoramic Ada di Rangkaian KA Mutiara Timur Rute Pasarturi-Ketapang