Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Imbas Brexit

Petani Kaya Inggris Bakal Kehilangan Subsidi

Foto : REUTERS/Francois Lenoir

Seorang pria yang meniru penampilannya mirip dengan Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, meneriakkan protes penolakan terhadap Brexit di lokasi tak jauh dari markas Uni Eropa di Brussels, Belgia, Selasa (5/9). Keluarnya Inggris dari UE diperkirakan akan merugikan sektor pertanian di Inggris karena tiadanya subsidi.

A   A   A   Pengaturan Font

SANDRINGHAM - Lahan pertanian yang terbaik dan amat luas di Inggris yang lazimnya dimiliki oleh keluarga bangsawan Inggris dan Arab serta sejumlah pengusaha sukses, terancam akan kehilangan subsidi pertanian yang digelontorkan Uni Eropa (UE) saat Inggris secara resmi keluar dari UE (Brexit).

Subsidi pertanian yang digagas UE memang kurang populer, namun keputusan mengenai hal itu dilindungi oleh Kebijakan Pertanian Bersama dari UE. Saat Brexit terjadi, maka subsidi pertanian ini berpotensi jadi isu politik yang panas karena para pemilik lahan pertanian yang kaya raya harus menanggung sendiri beban operasional pertanian mereka.

Bagi Partai Konservatif yang ada di bawah kendali Perdana Menteri Theresa May, isu penghapusan subsidi UE tak jadi masalah karena mereka telah menyatakan perang terhadap ketidaksetaraan kekayaan dan ketidaksetaraan kapitalisme yang berkembang. Namun lain halnya bagi partai oposisi yaitu Partai Buruh, isu subsidi patut dipertahankan untuk melindungi pertanian di Inggris.

"Satu-satunya cara agar kita bisa mempertahankannya dengan tetap berada di dalam sistem Uni Eropa," kata anggota parlemen dari Partai Buruh, Chris Bryant, Minggu (3/9).

Pemerintah Inggris sebelumnya telah berjanji untuk mempertahankan subsidi itu sampai 2022, namun ada kemungkinan besar bahwa setelah itu, para orang kaya harus membayar sendiri operasional pertanian milik mereka.

Alternatif Bantuan

Saat ini UE telah mengurangi kebijakan pertaniannya dan mencoba menghargai praktik pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik. Mereka berpendapat bahwa subsidi pertanian seharusnya membantu memberikan ketahanan pangan sambil mempertahankan ekonomi masyarakat pedesaan terpencil yang memiliki sedikit alternatif sumber pendapatan.

Pakar ekonom dari Universitas Oxford yang mengkhususkan diri pada energi, utilitas dan lingkungan, Dieter Helm, berpendapat bahwa besaran subsidi dapat diterapkan pada impor makanan jika petani Inggris tidak dapat bersaing.

Sedangkan beberapa kritikus menyatakan bahwa mengurangi subsidi akan membuat petani Inggris berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam berhadapan dengan pesaing kontinental mereka.

Menurut mereka, pemilik lahan luas di Inggris pada akhirnya harus memecah kepemilikan lahan pertanian mereka menjadi lahan yang lebih kecil untuk mengatasi hambatan demi menerima keuntungan yang besar. SB/NYT/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top