Perubahan Dini Moneter Global Bisa Guncang "Emerging Market"
Pertumbuhan yang lebih cepat itu, jelas Andry, menimbulkan kekhawatiran tersendiri di pasar keuangan global karena berpotensi terjadi kenaikan inflasi yang cepat di AS. Meskipun Bank Sentral AS, Federal Reserve memastikan kebijakan moneter longgar untuk mengiringi pemulihan ekonomi, namun itu bukan jaminan pasti.
"Tantangannya kalau recovery lebih cepat dan inflasi meningkat maka akan ada perubahan cycle kebijakan moneter yang bisa lebih cepat dari trajectory yang sudah disampaikan The Fed," jelasnya.
Pemulihan ekonomi AS lebih cepat dapat memicu penarikan stimulus moneter yang lebih cepat juga sehingga mengguncang pasar keuangan global termasuk pasar keuangan di negara-negara emerging market seperti Indonesia. "The Fed masih akan mempertahankan suku bunga acuannya di 0,25 persen sampai 2023. Kalau ekonomi AS pulih lebih cepat apa tidak mungkin itu lebih awal lagi," tegasnya.
Andil Positif
Meskipun ada tantangan yang sewaktu-waktu mengancam, pertumbuhan ekonomi di AS dan Tiongkok dinilai akan memberi andil positif pada pemulihan ekonomi Indonesia. Dua ekonomi terbesar dunia itu pada triwulan I-2021 mencatat pertumbuhan positif masing-masing 0,4 persen (yoy) dan 18,3 persen (yoy).
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya