Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 04 Jan 2025, 01:20 WIB

Pertimbangkan Hubungannya dengan AS, Vietnam Ragu-ragu untuk Bergabung dengan BRICS

Para pejabat menghadiri sesi pleno dalam format penjangkauan/BRICS Plus di KTT BRICS, di Kazan, Russia, beberapa waktu lalu.

Foto: AFP/Maxim Shemetov

HANOI - Para mengatakan penundaan Vietnam yang mencolok dalam daftar mitra kelompok BRICS (Brasil, Russia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan), menandakan tindakan penyeimbangan yang hati-hati, saat Hanoi mempertimbangkan hubungan ekonominya yang berkembang dengan Washington dibandingkan manfaat bergabung dengan blok yang sering dianggap sebagai penangkal pengaruh global yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari South Tiongkok Morning Post, Kementerian Luar Negeri Russia mengatakan dalam pernyataan tertulis yang dirilis pada hari Jumat (3/1) bahwa sembilan negara akan secara resmi bergabung dengan BRICS sebagai negara mitra pada tanggal 1 Januari, sesuai dengan kesepakatan yang dicapai selama KTT BRICS yang diadakan di Kazan, Russia pada bulan Oktober.

Indonesia, Malaysia, dan Thailand termasuk di antara negara mitra yang dikonfirmasi yang diumumkan dalam pernyataan tersebut.

Pada KTT di Kazan, 13 negara diundang untuk menjadi mitra blok tersebut, yang berarti mereka berada di jalur menuju keanggotaan penuh. Sembilan negara menerima undangan tersebut, sementara Aljazair, Nigeria, Turki, dan Vietnam tidak secara resmi menanggapi hingga akhir tahun 2024.

Jaga Keseimbangan

Ahli di Pusat Studi Keamanan Asia-Pasifik di Hawaii, Alexander Vuving, mengatakan, hal itu mencerminkan Hanoi berusaha menjaga keseimbangan antara penguatan hubungan dengan AS dan potensi manfaat dari bergabung dengan blok yang dianggap sebagai penyeimbang AS. 

"Keraguan Vietnam disebabkan dari hubungan yang rumit Hanoi dengan Amerika Serikat," katanya. 

Sementara itu, Pakar Hubungan Internasional Universitas Brawijaya (UB), Malang, Adhi Cahya Fahadayna, mengatakan, Indonesia perlu mencontoh Vietnam yang menunda langkahnya karena mempertimbangkan terpilihnya kembali Trump sebagai Presiden AS, yang kemungkinan besar akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan luar negeri AS terhadap Tiongkok dan BRICS. 

"Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik perlu berhati-hati dalam menavigasi dinamika ini untuk menghindari dampak negatif dari kebijakan agresif AS. Kebijakan yang lebih ofensif dan reaktif dapat memicu ketegangan yang lebih besar, baik dalam hubungan bilateral maupun dalam konteks geopolitik yang lebih luas,” kata Adhi.

Adhi mengatakan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Vietnam, kemungkinan akan sangat berhati-hati dalam menavigasi hubungan mereka dengan AS dan Tiongkok. Mengingat kebijakan ofensif Trump, negara-negara ini mungkin akan berusaha untuk tidak menjadi sasaran kebijakan agresif AS.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.