Jumat, 14 Mar 2025, 21:22 WIB

Perkuat Industri Petrokimia dan Kurangi Impor, Chandra Asri Bangun Pabrik CA-EDC Berskala Global

Direktur Legal, Hubungan Eksternal, dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific Tbk Edi Rivai

Foto: istimewa

JAKARTA-Upaya memperkuat industri petrokimia terus dilakukan. Apalagi industri petrokimia bisa diandalkan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

Direktur Legal, Hubungan Eksternal, dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific Tbk Edi Rivai menyampaikan, sejak 30 tahun perusahaan optimistis untuk mendukung pengembangan industri petrokimia dan kimia di Indonesia. Chandra Asri Group adalah perusahaan solusi energi, kimia dan infrastruktur terkemuka di Asia Tenggara

Saat ini, Chandra Asri Group memiliki kompleks petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dan mengoperasikan satu-satunya pabrik Naphtha Cracker, Styrene Monomer, Butadiene, MTBE dan Butene-1 di Indonesia, didukung oleh aset infrastruktur inti yang meliputi fasilitas energi, air dan dermaga dan tangki, dengan pengembangan pabrik Chlor Alkali dan EDC - Ethylene Dichloride (Pabrik CA-EDC).

Saat ini ujarnya, Chandra Asri Group melalui PT Chandra Asri Alkali (CAA) tengah membangun Pabrik CA-EDC berskala dunia dengan harapan dapat menunjang percepatan pertumbuhan industri hilir nasional, substitusi impor soda kostik untuk mendukung ambisi Indonesia sebagai salah satu penghasil nikel terbesar di dunia. 

"Ini sekaligus memposisikan diri dalam rantai nilai kendaraan listrik global,"papar Edi pada diskusi dengan Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, Jumat (14/3). Selain Edi Rivai, dalam diskusi tersebut, hadir pula Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier dan Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus.

Pada tahun 2024, CAA telah merealisasikan investasi sebesar 1,26 triliun rupiah untuk pembangunan Pabrik CA-EDC. Sementara itu, total rencana investasi akan mencapai 15 triliun rupiah. Proyek ini masuk sebagai Proyek Strategis Nasional RPJMN 2025 2029 sesuai dalam Perpres No.12/2025.

"Dalam proyeksi 20 tahun ke depan, terhitung sejak kuartal pertama tahun 2027 saat CAA mulai beroperasi penuh, produk soda kostik yang diimpor akan disubstitusi domestic sebesar 827 ribu ton liquid per tahun atau nilainya setara 4,9 triliun rupiah per tahun,"sebut Edi.

Dikarenakan saat ini pasar EDC sudah memenuhi kebutuhan nasional, target pasar EDC dari CA-EDC adalah 100 persen ekspor. Sehingga, terdapat potensi penambahan devisa negara melalui ekspor EDC senilai 5 triliun rupiah per tahun.

Guna memperlancar realisasi investasi tersebut, perusahaan berharap adanya kemudahan izin impor garam industri untuk bahan baku Pabrik Chlor Alkali, ketersediaan infrastruktur jalan tol untuk logistik dan distribusi, kepastian keamanan, perlindungan pasar dalam negeri melalui tata niaga impor soda kaustik terhadap banjirnya impor, serta adanya fasilitas pembebasan bea masuk atas mesin dan peralatan impor.

Di tengah tantangan yang dihadapi, perusahaan juga mengapresiasi insentif-insentif dari pemerintah untuk proyek CA-EDC ini seperti fasilitas tax holiday dan tax allowance. Insentif-insentif tersebut sangat krusial dalam meningkatkan kepercayaan kami untuk terus melakukan realisasi investasi di dalam negeri,"tandasnya.

Edi optimistis, melalui proyek CA-EDC ini, Chandra Asri berharap dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia khususnya dalam pengembangan industri kimia nasional sehingga dapat mewujudkan program Asta Cita serta mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.

Multiplier Effect

Peneliti Indef Ahmad Heri menambahkan, Pabrik CA-EDC memberikan multiplier effect bagi industri baterai listrik nasional. "Jadi kalau kami melihatnya, peran Indonesia dalam rantai suplai global EV itu semakin besar salah satunya dengan menjaga kemandirian produksi kaustik soda. Itu bisa memberikan kontribusi buat pengembangan baterai EV ini. Sehingga peranan ekspor EV dalam rantai pasar global itu semakin besar,"ucapnya.

Heri menambahkan, dalam skenario pertumbuhan industri yang dapat mendukung pencapaian target ekonomi sebesar 8 persen, sektor Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional memerlukan tambahan investasi setidaknya 8,12 persen. 

Salah satu langkah strategisnya adalah mendorong investasi di industri kimia, yang memiliki peluang besar sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional dan memiliki multiplier effect, terutama dengan dukungan pemerintah dan pertumbuhan pasar domestik.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan: