Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Perang Siber Pemilu 2024, Akankah Polarisasi Politik di Pemilu 2019 Terulang?

Foto : The Conversation/Shutterstock

Ilustrasi pasukan siber.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebuah riset yang terbit pada 2018 mencatat bahwa propaganda media sosial dapat memengaruhi opini publik jika hal tersebut sejalan dengan isu dan aspirasi sosial yang tidak ditangani secara memadai oleh media arus utama.

Dalam konteks Indonesia, elit politik kerap menggunakan sentimen agama berbasis identitas. Ini setidaknya sudah terjadi dalam tiga pemilu, yakni Pemilu 2014, Pemilihan Gubernur (PIlgub) Jakarta tahun 2017, dan Pemilu 2019, yang mengakibatkan polarisasi politik.

Dari analisis big data, kami menemukan bahwa partai-partai oposisi saat itu memang melancarkan kampanye online melawan Jokowi dengan tagar #2019GantiPresiden sejak April 2018.

Tagar ini menjadi trending di X (dulunya Twitter) dan platform media sosial lainnya sepanjang tahun, didorong oleh pasukan siber lainnya. Kubu Jokowi merespons dengan #2019TetapJokowi. Bulan-bulan berikutnya, Jokowi melawan politik identitas dengan menampilkan citra yang lebih saleh dan memilih Ma'ruf Amin, seorang tokoh Islam terkemuka, sebagai cawapresnya.

Penggunaan tagar #2019GantiPresiden dan #2019TetapJokowi hanyalah salah satu wujud polarisasi politik di media sosial yang ditandai dengan perdebatan sengit dan permusuhan yang semakin tajam.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top