Senin, 23 Des 2024, 18:52 WIB

Penyanyi Aldi Haqq Rilis Single Bertajuk 'Sunda Strait' Terinspirasi 5 Stages of Grief

Foto: Dok. Creathink Publicist

JAKARTA - Penyanyi dan penulis lagu Aldi Haqq merilis single ketiganya, “Sunda Strait”, Jumat (20/12). Dengan balutan musik berbasis piano dan string section, Aldi semakin mengukuhkan diri sebagai musisi pop-rock muda yang menyerap kuat pengaruh Elton John dan Billy Joel.

Sebelumnya, Aldi yang multi-instrumentalist ini telah merilis single perdana “Peak of Love” (2023), dan diikuti “Feels Like We’re Still a Lover” yang dirilis pada Agustus 2024 silam. Single “Peak of Love” ini mendulang sukses masif. Per hari ini, lagu perdana Aldi ini sudah diputar lebih dari 32 juta kali di Spotify, dan dua video lagunya di YouTube sudah ditonton nyaris
empat juta kali.

Konsep lima tahapan duka alias five stages of grief menjadi inspirasi Aldi menulis lagu ini. 

Alkisah tentang “Sunda Strait” ia buat dalam perjalanan arus balik mudik dari Pekanbaru ke Bandung medio 2022 silam, kapal feri dari Bakauheni menuju Merak yang dinaiki Aldi, sempat tertahan di tengah laut lebih dari dua jam. Terapung tengah malam di tengah Selat Sunda, tanpa sinyal seluler, hanya berbekal notebook dan bolpoin, pikiran Aldi mengembara ke mana-mana. Hingga sampai pada kenangan terhadap hubungan asmaranya yang kandas tiga bulan sebelumnya.

Sebenarnya, ujar Aldi, momen ini datang begitu saja dan tak disangka, mengingat sebenarnya Aldi sedang ada di tahap acceptance, setelah berhasil melewati denial, anger, bargaining, dan depression.

“Di masa itu aku sebenarnya sudah bisa senyum lagi, sudah bahagia. Sudah melupakan masa lalu. Tapi ya tiba-tiba keinget aja, kalau kata anak sekarang: relapse,” kata Aldi. Menurut Aldi, dia butuh waktu sekitar satu jam untuk menulis draft pertama lirik lagu “Sunda Strait”. Nadanya dia gumamkan dan direkam di ponsel. Sesampainya di rumah, Aldi langsung merekam lagu ini di dalam kamar dan “Sunda Strait” pun rampung dalam empat hari. Namun Aldi memilih untuk menyimpannya lebih dulu.

Hal ini bukan tanpa alasan. Pria 24 tahun yang sebenarnya tak pernah bercita-cita jadi musisi profesional ini, memang punya hobi menabung lagu. Sebagai seorang multi-instrumentalist yang punya pengalaman membuat musik untuk scoring pertunjukan teater, Aldi memainkan sendiri semua alat musik di lagu-lagunya, termasuk menjadi aktor tunggal untuk urusan mixing dan mastering. Dengan kemampuan ini, Aldi bisa menciptakan dan menabung 10 hingga 15 lagu dalam setahun. Lagu-lagu ini lantas dia rilis berurutan.

“Dan dalam urutannya, ‘Sunda Strait’ ini ada di nomor ketiga,” kata Aldi. 

Meski liriknya ditulis dalam waktu singkat, lagu ini mengalami masa penanakan selama dua tahun sebelum akhirnya dirilis untuk publik. Karenanya, Aldi punya ruang dan waktu cukup lapang untuk melakukan eksplorasi di “Sunda Strait”. Ini termasuk upaya menaklukkan aneka tantangan, semisal aransemen yang berbeda maupun cara bernyanyi yang berjarak dengan
dua lagu sebelumnya.

Aldi memang tumbuh dengan banyak pengaruh musik. Setelah orang tuanya mengenalkan piano, Elton John, Billy Joel, dan Queen, sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia ini melakukan penjelajahan musikalnya sendiri. Di usia remaja, dia bermain gitar dan bertemu dengan musik rock dan metal. Ia mengidolakan Anthrax dan Slayer yang merupakan dua dari The Big Four of thrash metal; band-band yang lebih baru seperti Avenged Sevenfold dan Bring Me The Horizon, hingga local hero seperti Mesin Tempur.

Ketika kuliah dia memasuki dunia yang amat lain. Dia belajar main jazz dan musik untuk scoring film, mengulik dan jatuh cinta pada karya-karya film score composer seperti Hans Zimmer dan John William. Dari sana, Aldi kerap didapuk untuk membuat musik bagi banyak pagelaran teater di kampus. Pengalaman ini amat memengaruhi cara Aldi menulis lagu. Lagunya seolah menjadi sebuah satu cerita filmis yang utuh.

“Sunda Strait” mungkin adalah contoh terbaiknya. 

Pada bagian awal lagu yang hanya berisi denting piano dan vokal, Aldi menyanyikan cerita bagaimana hidup berjalan setelah berpisah dengan kekasihnya. Setelah babak satu usai, drum masuk, menghamparkan proses menjalani hidup setelah melewati segala duka. Kemudian ada solo gitar dan progresi chord yang berubah, seakan klimaks. Namun ada plot twist yang
dilambangkan dengan teriakan melengking di akhir lagu yang dibarengi dengan string section yang makin intens. Lalu sampailah di babak akhir. Tenang. Kalem. Seperti perasaan Aldi setelah melewati five stages of grief.

“Menurutku, ini lagu terbaik aku so far, dari segi penulisan, aransemen,dan termasuk vokalku. Karena ini pertama kalinya aku mencoba cara bernyanyi di nada tinggi ala rocker 70- 80,” tutur Aldi.

Lagu “Sunda Strait” ini nantinya akan menjadi bagian dari album perdana Aldi yang direncanakan rilis pada 2025. Solis riang yang punya perfect pitch ini menggarap albumnya dengan satu konsep: bagaimana manusia melewati lima tahapan duka dan memandang masa lalu.

Selagi menunggu album perdana ini benar-benar matang, Aldi ingin “Sunda Strait” dan dua single sebelumnya bisa menjadi perkenalan yang memberikan gambaran tentang musik buatannya: musik pop dengan balutan rock balada, yang berakar pada piano dan string section yang cukup intens.

“Dengan lagu ‘Sunda Strait’ dan dua lagu sebelumnya, Aku ingin mengenalkan pada pendengar musik Indonesia: ini musik Aldi Haqq,” tutup Aldi.

Redaktur: Rivaldi Dani Rahmadi

Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi

Tag Terkait:

Bagikan: