Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perlombaan Alutsista

Penjualan Persenjataan Secara Global Meningkat

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Penjualan persenjataan secara global mengalami peningkatan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, di mana pada 2016 ketegangan geopolitik telah membuat anggaran bidang pertahanan di banyak negara membengkak.

Menurut data penjualan yang diterbitkan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), penjualan senjata dari 100 negara produsen senjata terbesar di dunia meningkat 1,9 persen atau senilai 374,8 miliar dollar AS.

"Tumbuhnya penjualan senjata diperkirakan dan didorong oleh penerapan program senjata besar-besaran oleh secara nasional, operasi-operasi militer di sejumlah negara dan ketegangan yang terus-menerus di kawasan, yang mengacu pada naiknya permintaan senjata," demikian bunyi keterangan SIPRI, Senin (11/12).

Penjualan tertinggi dialami produsen senjata api di Korea Selatan (Korsel), dimana penjualan meningkat untuk memasok Angkatan Bersenjata Negeri Ginseng tersebut. Angka ini juga yang terbesar di antara negara-negara berkembang.

Besarnya anggaran untuk pembelian senjata Seoul merefleksikan ketakutan akan potensi konflik dengan pemerintah Korea Utara (Korut). Penjualan senjata api yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan senjata asal Korsel naik hingga 20 persen sepanjang 2016 lalu atau 8,4 miliar dollar AS.

Selain pemerintah, peningkatan juga terjadi pada pembelian senjata oleh individu. Namun demikian pembelian senjata dan sistem senjata oleh pemerintah tetap memakan porsi terbesar.

AS Teratas

Sepanjang 2016, perusahaan-perusahaan AS masih berada di jajaran atas industri penjualan senjata api dengan total peningkatan sampai 4 persen atau lebih dari 217 miliar dollar AS. Perusahaan bidang pertahanan dari AS yang sekarang menjadi produsen senjata terbesar di dunia, Lockheed Martin, mengalami peningkatan penjualan pada 2016 sebanyak 11 persen. Permintaan terbanyak pada jet tempur F-35 dan karena keuntungan itu, Lockheed Martin berhasil mengakuisisi produsen helikopter Sikorsky.

Menurut Aude Fleurant, direktur Program Senjata dan Pengeluaran Militer SIPRI, pertumbuhan penjualan senjata di AS diproyeksi akan terus meningkat. Hal ini menyusul keinginan Presiden AS, Donald Trump yang ingin menaikkan anggaran pengeluaran Pentagon dan memperbaharui lagi persenjataan nuklir AS.

Sementara itu, peningkatan juga terjadi pada perusahaan-perusahaan penjual senjata asal Russia, yang mengalami peningkatan 3,8 persen menjadi 26,6 miliar dollar AS. Peningkatan ini terbilang lambat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sama seperti Washington DC, Moskwa pun telah meningkatkan anggaran pengeluarannya untuk merombak kemampuan-kemampuan militernya, hanya saja pendanaan agak tersendat karena keuangan Negara Beruang Merah itu sedang memburuk.

"Ini bukan masalah uang. Russia terpukul beberapa kali dengan anjloknya harga minyak dan gas dunia," kata Fleurant.

Fleurant menyoroti sengketa wilayah seperti Laut Tiongkok Selatan (LTS) telah menjadi salah satu faktor pendorong naiknya penjualan senjata. Wilayah laut ini merupakan area strategi bagi jalur lalu-lintas perdagangan laut dan kaya akan cadangan minyak dan gas. Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam memperebutkan pulau-pulau yang ada di area LTS.uci/CNN/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top