Pengamat: Banyak hal yang Bisa Buat RI Keluar dar 'Middle Income Trap'
Peneliti Pusat Riset Pengabdian Masyarakat (PRPM) Institut Shanti Bhuana, Bengkayang, Kalimantan Barat, Siprianus Jewarut mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah
Foto: istimewaJAKARTA-Peneliti Pusat Riset Pengabdian Masyarakat (PRPM) Institut Shanti Bhuana, Bengkayang, Kalimantan Barat, Siprianus Jewarut mengatakan, banyak hal yang harus dilakukan agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.
Masalahnya bukan bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang tidak bermutu seperti mengandalkan konsumsi dan impor, tetapi juga gelembung properti. Lebih menyakitkan lagi, rakyat banyak terjerat pinjaman online (pinjol) yang bunganya sangat-sangat tinggi dan juga judi online. “Tidak masuk akal kalau hal-hal seperti itu dianggap pertumbuhan ekonomi,” katanya, Senin (16/12)
Bank Indonesia (BI) paparnya harus konsisten. Jika pinjaman online diperbolehkan mengenakan bunga tinggi karena bisnis tersebut berisiko tinggi, ya sama saja dengan suku bunga acuan BI. “Negara kita kan risikonya tinggi, harusnya suku bunga acuan BI juga tinggi dong. Kebijakannya jangan mendua,” katanya.
Diketahui, Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan penting dalam menentukan arah kebijakan strategisnya di tengah persaingan dua raksasa dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Indonesia harus membuat pilihan.Menjadi kawan sejati AS bisa membawa Indonesia keluar dari middle income trap, seperti yang dialami banyak negara maju lainnya. Namun, pilihan ini harus dilakukan dengan cerdas, tanpa memusuhi Tiongkok. Kita berada di persimpangan jalan, dan inilah saatnya untuk bertindak,"ucap Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi Nazar el Mahfudzi
Daya tawar tinggi ini, menurut Nazar, diperlukan agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan menghindari ketertinggalan dari negara-negara lain.
Indonesia harus melihat ke depan, terutama pada perubahan demografi. Pada tahun 2040, jumlah penduduk usia produktif akan menurun drastis. Tanpa kebijakan yang tepat, Indonesia akan menghadapi tantangan besar seperti yang dialami Jepang.
“Dan kini saatnya, Indonesia harus membuat pilihan.Menjadi kawan sejati AS bisa membawa Indonesia keluar dari middle income trap, seperti yang dialami banyak negara maju lainnya. Namun, pilihan ini harus dilakukan dengan cerdas, tanpa memusuhi Tiongkok. Kita berada di persimpangan jalan, dan inilah saatnya untuk bertindak," pungkas Nazar.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Harus Kerja Keras untuk Mewujudkan, Revisi Paket UU Politik Tantangan 100 Hari Prabowo
- 2 Pemerintah Dorong Swasta untuk Bangun Pembangkit Listrik
- 3 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 4 Ayo Perkuat EBT, Presiden Prabowo Yakin RI Tak Lagi Impor BBM pada 2030
- 5 BPJS Ketenagakerjaan Apresiasi Menteri Kebudayaan Lindungi Pelaku Kebudayaan