
Peneliti Tiongkok Temukan Virus Korona Kelelawar Mirip Virus Covid-19
Wabah Penyakit
Foto: antaraBEIJING – Para peneliti di Tiongkok kembali menemukan virus korona baru pada kelelawar yang memiliki kemiripan dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Temuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa kelelawar merupakan reservoir alami berbagai jenis virus korona yang berpotensi menular ke manusia.
Penelitian ini dipimpin oleh ahli virologi terkemuka, Shi Zhengli di Laboratorium Guangzhou bersama dengan para peneliti dari Guangzhou Academy of Sciences, Wuhan University, dan Wuhan Institute of Virology.
"Namun, virus tersebut tidak memasuki sel manusia semudah Sars-CoV-2," kata tim Shi dalam jurnal Cell.
Dikutip dari The Straits Times pada Sabtu (22/2), para ilmuwan mengatakan bahwa seperti Sars-CoV-2, virus kelelawar HKU5-CoV-2 mengandung fitur yang dikenal sebagai situs pembelahan furin yang membantunya memasuki sel melalui protein reseptor ACE2 pada permukaan sel.
Dalam percobaan laboratorium, HKU5-CoV-2 menginfeksi sel manusia dengan kadar ACE2 yang tinggi dalam tabung reaksi dan pada model usus dan saluran napas manusia.
Dalam percobaan lebih lanjut, ilmuwan menganalisis sampel dari spesies kelelawar tertentu dan mengidentifikasi strain virus yang menunjukkan kesamaan genetika dengan SARS-CoV-2. Meskipun belum ada bukti langsung bahwa virus baru ini dapat menginfeksi manusia, hasil penelitian ini menjadi peringatan penting akan potensi kemunculan pandemi di masa depan.
para peneliti mengidentifikasi antibodi monoklonal dan obat antivirus yang menargetkan virus kelelawar.
Bloomberg, yang melaporkan penelitian tersebut pada Jumat (21/2), mengatakan bahwa makalah yang mengidentifikasi virus kelelawar telah menggerakkan saham produsen vaksin Covid-19. Saham Pfizer ditutup naik 1,5 persen pada tanggal 21 Februari, Moderna naik 5,3 persen dan Novavax naik sekitar 1 persen pada hari yang buruk bagi pasar yang lebih luas.
"Ketika ditanya mengenai kekhawatiran yang timbul akibat laporan pandemi lain yang diakibatkan oleh virus baru ini," kata Michael Osterholm, pakar penyakit menular di Universitas Minnesota, menyebut reaksi terhadap penelitian tersebut “berlebihan”.
Ia mengatakan, ada banyak kekebalan dalam populasi terhadap virus Sars serupa sekarang dibandingkan dengan 2019, yang dapat mengurangi risiko pandemi.
Studi itu sendiri mencatat bahwa virus tersebut memiliki afinitas pengikatan yang jauh lebih rendah terhadap ACE2 manusia dibandingkan dengan Sars-CoV-2, dan faktor-faktor suboptimal lainnya untuk adaptasi manusia menunjukkan bahwa “risiko kemunculan pada populasi manusia tidak boleh dibesar-besarkan”.
Pengawasan Ketat
Shi Zhengli menegaskan kembali perlunya kewaspadaan dalam melacak virus yang muncul pada populasi kelelawar, karena virus tersebut menimbulkan risiko penularan zoonosis yang terus-menerus.
Penemuan baru ini muncul pada saat asal-usul pandemi Covid-19 masih menjadi subjek perdebatan sengit, dengan virus corona kelelawar sering diduga sebagai sumber utamanya.
‘’Pemantauan terhadap virus dari satwa liar, terutama kelelawar, harus terus diperkuat. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana virus-virus ini dapat berpindah ke inang lain dan kemungkinan risiko bagi kesehatan manusia. ujar Shi.
Berita Trending
- 1 Aksi Bersih Pantai Menteri LH dan Panglima TNI di Pangandaran, Peringati Hari Peduli Sampah
- 2 Jangan Beri Ampun Pelaku Penyimpangan Impor. Itu Merugikan Negara. Harus Ditindak!
- 3 Andreeva Kejutkan Iga Swiatek dan Lolos ke Semifinal Dubai Open
- 4 Bima Arya Tegaskan Retret Kepala Daerah Tingkatkan Kapasitas Kepemimpinan
- 5 Akademisi: Perlu Diingat, Kepala Daerah yang Sudah Dilantik Sudah Menjadi Bagian dari Pemerintahan dan Harus Tunduk ke Presiden