Peneliti Temukan Banyak Orang Dewasa di AS Tak Menyadari Terkena Kolesterol
Ilustrasi
Foto: IstimewaDalam hal kolesterol tinggi di Amerika, ada kabar baik dan kabar buruk. Meskipun jumlah orang dewasa di Amerika Serikat yang memiliki kadar kolesterol "jahat" yang tidak sehat terus menurun, sebuah analisis ilmiah baru menemukan bahwa lebih dari 40 persen orang dengan kolesterol tinggi tidak menyadari bahwa mereka mengidap kolesterol tinggi, dan tidak mendapatkan pengobatan untuk memperbaikinya.
"Meskipun prevalensi LDL-C (kolesterol jahat) yang sangat tinggi telah menurun, 1 dari 17 orang dewasa di AS masih memiliki kadar LDL-C 160 hingga 189 mg/dL (kolesterol tinggi) dan 1 dari 48 orang dewasa memiliki kadar LDL-C 190 mg/dL atau lebih tinggi (sangat tinggi)," tulis para penulis penelitian, dikutip dari Everyday Health, Selasa (14/11).
Untuk penelitian yang dipublikasikan di JAMA Cardiology bulan ini, penulis studi senior Salim Virani, MD, dan rekan-rekannya meninjau informasi kesehatan sekitar 24.000 orang berusia 20 tahun ke atas yang termasuk dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional.
Selama 10 periode survei berturut-turut antara tahun 1999 dan 2020, sekitar 8 persen peserta survei memiliki kolesterol tinggi, dan hampir 3 persen memiliki kolesterol yang sangat tinggi.
Dalam menerjemahkan data survei ke populasi AS secara keseluruhan, para ilmuwan menghitung bahwa kolesterol tinggi menurun dari sekitar 12 persen orang dewasa (mewakili 21,5 juta orang Amerika) menjadi sekitar 6 persen (14 juta) selama kurang lebih dua dekade. Prevalensi kolesterol sangat tinggi juga menurun, dari sekitar 4 persen (6,6 juta orang dewasa) menjadi 2 persen (4,8 juta orang dewasa) selama periode waktu tersebut.
Tim peneliti lebih lanjut memeriksa jumlah peserta yang tidak diberitahu tentang status kolesterol mereka dan tidak diberi resep obat untuk mengobati kondisi tersebut. Mereka menemukan bahwa fraksi dengan kolesterol tinggi yang tidak menyadari dan tidak diobati menurun dari hampir 12 juta orang dewasa pada periode awal menjadi lebih dari 6 juta di akhir penelitian, mewakili lebih dari 40 persen penderita kolesterol tinggi. Bagi mereka yang berada dalam kisaran yang sangat tinggi, jumlahnya menurun dari 3 juta menjadi 1,4 juta.
Selain itu, penelitian ini mengindikasikan bahwa kesenjangan dalam pengobatan dan kesadaran tampaknya secara tidak proporsional mempengaruhi orang kulit hitam, Hispanik, dan orang Amerika yang berpenghasilan rendah.
Bagi Joshua Knowles, MD, seorang profesor kedokteran kardiovaskular di Stanford Health Care di California, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Amerika telah mencapai kemajuan dalam hal kolesterol, tetapi jalan kita masih panjang.
"Kami telah menabuh genderang sejak lama mengenai pentingnya kolesterol LDL yang tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Meskipun kami telah membuat beberapa terobosan, masih ada ruang untuk perbaikan. Banyak orang yang masih kurang terdiagnosis dan kurang mendapatkan perawatan," imbuh Knowles.
Kolesterol adalah zat seperti lilin, dan jika terlalu banyak di dalam tubuh, kolesterol perlahan-lahan dapat menumpuk di dinding bagian dalam arteri yang memberi makan jantung dan otak. Hal ini dapat menyebabkan aterosklerosis, penyempitan arteri, dan pembekuan darah yang dapat mengakibatkan serangan jantung atau stroke.
Kolesterol LDL, bagaimanapun, adalah "salah satu faktor risiko utama yang dapat dikontrol" untuk masalah-masalah yang mengancam jiwa ini, menurut American Heart Association. Langkah-langkah untuk membantu menurunkan kolesterol yang tidak sehat termasuk mengikuti pola makan yang sehat (terutama membatasi jumlah lemak jenuh yang Anda makan), berolahraga secara teratur, dan minum obat penurun kolesterol seperti statin.
"Statin sebagian besar bertanggung jawab atas penurunan risiko serangan jantung dan stroke yang telah kita lihat selama beberapa dekade terakhir di Amerika Serikat," ujar Knowles, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Kita berada di zaman keemasan obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengobati LDL dengan sangat efektif dan sangat aman," tambahnya.
Knowles lebih lanjut menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan kolesterol secara berkala, terutama karena kolesterol tinggi itu sendiri tidak menimbulkan gejala.
"Meskipun memiliki kolesterol tinggi tidak menjamin bahwa Anda akan mengalami serangan jantung, stroke, atau gangguan jantung lainnya, namun secara dramatis meningkatkan risiko tersebut. Jadi, sangat penting untuk mengetahui kolesterol Anda dan mendapatkan pengobatan. Jika Anda mengobatinya, Anda dapat mengurangi risiko hingga 80 hingga 90 persen dalam banyak kasus," pungkasnya.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Rivaldi Dani Rahmadi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 5 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
Berita Terkini
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru
- Terus Meluas, Otoritas Victoria Keluarkan Perintah Evakuasi Akibat Kebakaran Semak
- Wamenhub Minta KCIC Siapkan Pengoperasian Stasiun Kereta Cepat Karawang