Penciptaan Lapangan Kerja Dipacu
Sejumlah calon pelamar kerja melamar pekerjaan pada Job Fair di Gedung Sukapura, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (19/10/2018). Badan Pusat Statistik menyatakan, jumlah penduduk bekerja pada triwulan I pada tahun 2018 sebanyak 127,07 juta orang, diantaranya lapangan pekerjaan pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan persentasenya sebesar 30,46 persen, sektor Perdagangan sebesar 18,53 persen atau sebanyak 23,55 juta orang, sedangkan sektor Industri Pengolahan sebesar 14,11 persen atau sebanyak 17,92 juta orang.
Foto: ANTARA/Adeng BustomiJAKART A - Pemerintah ยป Perjanjian Kerja Sama mengharapkan momentum pertumbuhan ekonomi di level lima persen bisa meningkatkan kesempatan kerja sehingga membantu menurunkan angka pengangguran.
Berdasarkan data statistik, tingkat pengangguran terbuka menurut daerah pada Agustus 2018 tercatat sebesar 5,34 persen atau turun dibandingkan posisi Agustus 2017 yang sebesar 5,5 persen. Sementara penciptaan kesempatan kerja pada 2018 sebesar 2,99 juta. Selain meningkatkan kesempatan kerja, pemerintah juga berharap angka kemiskinan bisa ditekan sehingga gap kesenjangan pendapatan makin berkurang.
Sebab itu, pemerintah terus menjaga kewaspadaan menghadapi kondisi ekonomi global yang dinamis. "Kemiskinan 9,82 persen (per Maret 2018), pertama kali di bawah 10 persen, serta koefisien gini juga makin menurun dari 0,41 ke 0,38," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani, di Jakarta, Selasa (13/11).
Dia menjelaskan bahwa ekonomi global saat ini mendapatkan tantangan akibat normalisasi kebijakan moneter AS dan perang dagang ASTiongkok yang menyebabkan ketegangan di berbagai belahan dunia. "Situasi tersebut menyebabkan dampak dalam bentuk penguatan dollar, kenaikan suku bunga dan perubahan harga minyak bumi," katanya.
Kendati demikian, perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif di tengah kondisi lingkungan ekonomi global yang penuh tantangan. Pertumbuhan ekonomi tambahnya tetap konsisten di atas lima persen sampai dengan triwulan III-2018 dan inflasi juga terjaga di kisaran 3,5 persen.
Produktivitas Rendah
Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengungkapkan produktivitas yang rendah menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih di bawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar tujuh persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan karena masalah produktivitas, rendah," kata Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Prijambodo. Tingkat produktivitas Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara dengan ekonomi yang setara. Pertumbuhan produktivitas Indonesia juga tidak mengalami perbaikan setelah adanya krisis finansial di Asia.
Bambang menyebutkan salah satu penyebab utama produktivitas rendah karena masalah transformasi struktural yakni sekitar 30 persen angkatan kerja berada di sektor pertanian. Permasalahan transformasi struktural tersebut dapat diatasi dengan penyediaan investasi yang berkualitas secara berkesinambungan terutama di tiga bidang, yaitu infrastruktur, mesin dan peralatan, serta sumber daya manusia (SDM).
Lebih lanjut, tambah Bambang, peran dari sektor manufaktur di Indonesia juga belum sebesar negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Kinerja sektor manufaktur itu turut berdampak pada perdagangan internasional.
bud/E-10
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Vitto Budi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 3 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland