Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Gempa Sulteng

Pemerintah Tambah 450 Tenda Kelas Darurat

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menambah 450 tenda untuk kebutuhan kelas darurat di daerah terdampak gempa Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berasal dari bantuan UNICEF. Kelas darurat dari tenda akan dimanfaatkan dalam waktu dua hingga maksimal tiga bulan.

"Sudah dikirim dari Abu Dhabi sebanyak 200 tenda, sisanya menyusul dan akan dikirim dari Denmark. Setelah sampai di Balikpapan segera dikirim ke Palu," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, usai membuka 8th Meeting of ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA), di Yogyakarta, Rabu (24/10).

Menurut Mendikbud, jumlah tenda bantuan yang akan dikirimkan ke daerah terdampak gempa Palu dan sekitarnya tersebut masih jauh dari kebutuhan kelas darurat yang mencapai sekitar 1.460 unit. Sisanya akan dipenuhi dengan memanfaatkan bangunan-bangunan darurat.

Muhadjir mengaku senang karena masyarakat juga terlibat aktif dalam upaya memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah. Peran aktif masyarakat tersebut bisa meningkatkan semangat siswa untuk kembali belajar dan bersekolah.

Terkesan Lambat

Mendikbud sempat meminta maaf karena penanganan atau pembangunan kelas-kelas darurat di daerah terdampak gempa Palu terkesan lebih lambat dibanding penanganan saat gempa Lombok. "Banyak tenda darurat kami yang sudah telanjur dikirim ke Lombok. Hanya tersisa 46 unit," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Mendikbud, kelas-kelas darurat untuk kebutuhan belajar dibangun dari bahan-bahan yang ada di sekitar lokasi seperti bambu dari Sulawesi Barat. Kemendikbud sudah sepakat untuk membantu biaya pemasangan sebesar 30 juta rupiah. Ada juga bantuan terpal yang didatangkan dari Surabaya serta peralatan sekolah, termasuk alat bantu belajar mengajar.

"Pelaksanaan kegiatan belajar di kelas darurat jangan dibayangkan sebagai kegiatan belajar-mengajar yang setiap hari dilakukan di kelas. Tetapi, kegiatan lebih difokuskan pada konseling untuk mengatasi trauma pada siswa maupun guru," kata Mendikbud.

Setelah kelas darurat, tambah Mendikbud, pada tahap berikutnya akan dibangun kelas sementara yang akan digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar selama satu atau dua tahun sebelum Kementerian PUPR membangun kembali sekolah yang rusak parah pada tahun kedua setelah bencana. "Kelas sementara ini akan terbuat dari bahan knock down sehingga cepat dibangun, seperti di Lombok, kelas sementara ini sudah terbangun dan bisa ditempati," katanya.

YK/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top