Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanaman Modal I AS Kenakan Tarif Tinggi bagi Perusahaan Baterai Milik Tiongkok

Pemerintah Harus Buka Kompetisi Lebih Luas ke Investor Baterai EV

Foto : Sumber: NASA - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Kalau AS menolak membeli baterai dari Indonesia maka industri nikel akan susah berkembang karena hanya bisa dijual di negara-negara Asia khususnya Asia Tenggara.

"Korea Selatan berencana menggunakan Indonesia sebagai pusat global utama untuk produksi kendaraan listrik. Tapi tanpa konsesi dari AS, itu akan sulit. Paling-paling Indonesia bisa berakhir sebagai pusat produksi regional," kata Kyunghoon Kim, peneliti di Korea Institute for International Economic Policy, seperti dikutip dari Financial Times.

Tidak Ragu

Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, kepada JP Ong dari CNBC, mengatakan investor harus mempertimbangkan berinvestasi di Indonesia karena peluang dari energi terbarukan hingga sumber daya mineral seperti nikel, tembaga, dan kobalt sangat terbuka.

"Selama pandemi, kami berhasil menjaga pertumbuhan kami. Tahun lalu, kami tumbuh 5,3 persen dan tahun ini mungkin mencapai 5,4 persen. Inflasi tahun lalu mencapai lebih dari 5 persen, dan tahun ini diperkirakan kita akan dapat di bawah 4 persen. Artinya, kami bisa mengelola ekonomi kami dengan sangat baik. Ini sekali lagi akan memberi kepercayaan pada investor dan saya tidak meragukan Foreign Direct Investment (FDI) akan membawa dana ke Indonesia," kata Luhut.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top