Pemeringkatan Kampus Dorong Perilaku Riset Abal-abal di Indonesia, Benarkah?
Ilustrasi.
Cara peringkat universitas bekerja juga seringkali hanya sebatas mengukur produktivitas penelitian, tanpa memperhatikan kualitasnya.
Tuntutan untuk terus-terus memproduksi ini membuat beberapa pihak terjebak dalam praktik-praktik instan. Seperti misalnya Kumba Digdowiseiso, guru besar Universitas Nasional (UNAS) yang memproduksi 160 artikel dalam kurun waktu satu tahun.
Reaksi global
Logika pemeringkatan kampus yang terjebak kuantifikasi mulai mengundang berbagai reaksi. Universitas Utrecht (UU), salah satunya, sengaja tidak mengirimkan data mereka untuk digunakan dalam peringkat universitas. Keputusan ini didasarkan pada keyakinan bahwa peringkat universitas yang umumnya berfokus pada penilaian skor dan persaingan intensif tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai utama UU, yang lebih menekankan pada kolaborasi dan pengembangan sains terbuka.
UU percaya bahwa upaya untuk menggambarkan keseluruhan kualitas universitas dengan satu angka tunggal tidak mencerminkan keragaman dan kompleksitas dari berbagai program dan disiplin ilmu yang ada di UU.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya