Pemborosan APBN dan Uang Intermediasi Bank Gagalkan Kebangkitan Ekonomi RI
STAGNAN I Foto suasana apartemen di Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. BI menyebutkan permintaan properti komersial relatif stagnan karena harganya melambung tinggi seperti di negara-negara maju.
"Pembiayaan dari APBN dan kredit bank banyak disalurkan ke barang impor yang tidak produktif sehingga semua uangnya lari ke luar negeri. Bagaimana bayar kreditnya kalau sektornya tidak bangkit," kata Badiul.
Hal itulah yang menyebabkan kerja keras dan program bagus yang dilakukan pemerintah hasilnya belum optimal. Masih banyak alokasi anggaran menguap dan tidak menghasilkan kembali karena digunakan untuk membayar utang dan impor. Pola yang sudah berjalan belasan tahun itu akan membuat apapun program pemerintah tidak akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pertumbuhan Semu
Memang, paparnya ekonomi Indonesia pernah tumbuh 7 persen saat booming komoditas, tetapi semu karena konsumsi dari impor. Sebab itu, terang Badiul dalam kondisi bencana akibat Covid-19 sudah seharusnya pesta dari barang impor diakhiri, terutama oleh para menteri. Mereka harus mulai membangun pertumbuhan yang berkualitas dengan membangkitkan dunia usaha, sehingga lapangan kerja yang terbuka lebih banyak.
Bank sebagai jantung perekonomian harus memompa likuiditas ke sektor riil yang produktif, bukan malah sebaliknya membiayai sektor yang konsumtif dan membuat perekonomian menggelembung seperti properti.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya