Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 10 Nov 2020, 13:38 WIB

Pemanasan Global Potensial Lahirkan Bayi Prematur

Foto:

Hasil studi yang meneliti pengaruh pemanasan global terhadap wanita hamil menyebutkan, wanita hamil sangat rentan terhadap peningkatan suhu. Analisis dari 70 penelitian berbagai negara menunjukkan, kenaikan suhu berpengaruh pada kehamilan.

Paparan suhu tinggi selama kehamilan berkontribusi pada peningkatan kelahiran prematur dan meninggal dunia. Hal ini terjadi terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Walaupun risiko suhu terhadap kehamilan cukup kecil untuk saat ini, para ilmuwan khawatir hal itu dapat berdampak besar pada kesehatan masyarakat di masa depan. Apalagi jika suhu terus meningkat yang membuat gelombang panas lebih intens dan sering.

Suhu panas memaksa jantung wanita hamil bekerja lebih keras yang menyebabkan rentan terjadi kelelahan dan dehidrasi. "Wanita hamil dianggap berisiko tinggi untuk kondisi panas," demikian kesimpulan dari bermacam studi internasional seperti dilansir Science Alert.

Sementara itu, studi terhadap 56 juta kelahiran di Amerika Serikat pada 2019 yang mengidentifikasi hubungan antara kenaikan suhu dan menyusutnya periode kehamilan. "Ketika semakin banyak penelitian mulai menumpuk dan menyatu di sekitar kesimpulan yang sama, kita harus memperhatikan, terutama ketika ada kemungkinan biologis di balik hasilnya," jelas dokter kandungan/ginekolog Nathaniel DeNicola dalam makalah terpisah tahun 2019 tentang subjek tersebut.

Sedang riset 24 negara di Amerika Utara, Uni Eropa, Australia, dan Selandia Baru, termasusk di dalamnya tujuh negara berpenghasilan rendah dan menengah, menyebutkan, kenaikan suhu 1 derajat Celsius meningkatkan risiko kelahiran prematur dan lahir mati sebesar 5 persen. Pada kasus gelombang panas berkepanjangan, risiko kelahiran prematur bahkan meningkat 16 persen.

Jika angka rata-rata global kelahiran prematur sekitar 10 persen, dampak panas ekstrem terhadap kelahiran prematur dan kelahiran meninggal relatif kecil dibanding faktor lain yang dapat memengaruhi hasil kehamilan. Di antaranya, pendidikan, akses ke perawatan kesehatan, keamanan pangan, dan ketersediaan AC.

Analisis menunjukkan, berat badan lahir rendah terjadi hanya pada 3 persen bayi yang lahir selama gelombang panas. Sementara itu, hanya 18 dari 28 penelitian menemukan hubungan antara berat lahir dan paparan panas. Kemudian, 40 dari 47 penelitian menemukan hubungan antara kelahiran prematur dan paparan panas.

"Bukti paling kuat dan paling konsisten untuk gelombang panas, meskipun ukuran efek terbesar berasal dari ukuran dosis kumulatif panas selama seluruh kehamilan," tulis salah satu laporan penelitian.

Dampak paparan panas tampaknya berfluktuasi antara kelompok sosial ekonomi tertentu. Pada kelas menengah bawah dan menengah, mereka menghabiskan waktunya di luar, sehingga lebih sering terkena panas matahari.

Pada wanita hamil dari kelompok ekonomi berpenghasilan rendah dan menengah, rentan terhadap paparan panas selama sembilan bulan penuh. Namun, penelitian di negara berpenghasilan tinggi menunjukkan minggu-minggu terakhir kehamilan adalah tempat yang paling berisiko terhadap paparan panas.

Metodologi berbeda yang digunakan dan berbagai subpopulasi yang diteliti menyulitkan untuk menggeneralisasi semua hasil penelitian secara baik. Terlebih lagi, hampir sepertiga studi yang disertakan dianggap berkualitas rendah, sehingga menyulitkan pengambilan kesimpulan.

Beberapa penelitian, misalnya, menemukan angka kelahiran prematur meningkat hanya ketika suhu melebihi 25 derajat Celsius atau 77 derajat Fahrenheit. Suhu di bawah 25 derajat Celsius tentu saja sangat tidak mewakili suhu di banyak Negara, terutama di negara tropis.

Sebuah studi di Jepang, misalnya, menemukan bahwa aborsi spontan lebih tinggi pada janin laki-laki setelah periode paparan panas. Dengan melihat semua, 70 studi tentang pengaruh pemanasan global, menemukan pola yang sama.

Studi efek pemanasan global terhadap kehamilan juga dilakukan. Beberapa penelitian menemukan, paparan panas selama kehamilan dapat mengganggu sintesis protein kejutan panas. Hal ini menyebabkan kerusakan sel janin, stres oksidatif, atau pembengkakan. hay/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.