Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pelayaran Selat Sunda

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Siswanto Rusdi

Lalu lintas pelayaran melalui Selat Sunda tak lama lagi akan semakin lancar dan aman. Optimisme ini menguat karena traffic separation scheme (TSS) akan diberlakukan di selat tersebut tahun ini. Sebagaimana lazimnya, penerapan skema pengaturan lalu lintas berlayar diambil untuk mencegah tabrakan kapal di Selat Sunda. Soalnya, selat ini terhitung ramai dilayari kapal domestik dan internasional, namun kondisi alaminya cukup sempit.

Kendati terlambat dan korban telah cukup banyak bertumbangan - tabrakan terakhir di Selat Sunda melibatkan feri KM Bahuga Jaya dan tanker MV Norgas Cathinka pada 2012 - penetapan ini patut diapresiasi. Tabrakan kapal (collision) memang horor yang menakutkan. Petaka ini pada giliran bisa merusak lingkungan laut dengan tumpahan minyak baik dari tanki bahan bakar kapal ataupun cargo hold, sebuah tanker penuh BBM.

Ancaman akan makin mengerikan manakala yang teribat tabrakan kapal pengangkut gas atau kimia. Laut bisa dibuat membara. Sejarah pelayaran mencatat, ketika tanker Amoco Cadiz karam di jajaran karang Portsall, 5 km dari Pantai Brittany, Prancis, pada 16 Maret 1978, lebih dari 200 ribu ton light crude muntah dari perut kapal. Jumlah ini masih ditambah lagi sekitar 4.000 ton bahan bakar kapal yang ikut tumpah.

Tak lama setelah tanker berbendera Liberia itu ditelan lautan, muncullah "kolam minyak" sepanjang 19 km. Tiupan angin mengirim cairan minyak mentah masuk ke pantai Prancis sejauh 72 km. Sebulan setelah kejadian, tumpahan minyak sudah merangsek pantai Negeri Napoleon hingga 100 km. Sepekan berikutnya, minyak sudah mencemari hingga Pantai d'Armor.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top