Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Pejabat PBB: Perubahan Iklim Mengancam Hak Asasi Manusia

Foto : ISTIMEWA

Pelapor Khusus PBB tentang hak asasi manusia dan perubahan iklim, Ian Fry.

A   A   A   Pengaturan Font

CANBERRA - Perubahan iklim tidak hanya menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian, tetapi juga merupakan ancaman langsung terhadap hak asasi jutaan orang. Pemerintah dan perusahaan penghasil polusi teratas dunia hendaknya tunduk pada upaya untuk mengatasi perubahan iklim tersebut.

"Perubahan iklim sudah mempengaruhi kehidupan begitu banyak orang. Ini mempengaruhi hak atas pangan, hak atas kesehatan, hak atas air bersih, tempat tinggal dan perumahan. Semua hak asasi manusia ini dilanggar," kata pelapor Khusus PBB tentang hak asasi manusia dan perubahan iklim, Ian Fry, di Canberra, baru-baru ini.

Dikutip dari The Straits Times, Fry mengatakan peristiwa cuaca yang semakin ekstrem merusak dasar-dasar keberadaan manusia, dan sementara orang-orang di negara-negara miskin paling terpengaruh, mereka yang berada di negara-negara kaya juga tidak luput dari penderitaan.

Hal ini mendorong semakin banyak kasus hukum dan pengaduan terhadap pemerintah dan bisnis yang mencemari yang emisinya, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan yang mendorong krisis iklim.

Fry diangkat pada tahun 2022 untuk masa jabatan tiga tahun pertama dan merupakan orang pertama yang menempati posisi ini. Dia adalah veteran negosiator iklim yang mewakili Pulau Pasifik Tuvalu pada pembicaraan iklim PBB selama 21 tahun. Ia juga seorang pakar hukum dan kebijakan lingkungan internasional, dan mengajar paruh waktu di Australian National University (ANU) di Canberra.

Perannya adalah menunjukkan pada orang-orang terhadap perubahan iklim. Ini melibatkan peningkatan kesadaran akan pelanggaran hak terkait iklim oleh pemerintah dan perusahaan, mengunjungi kelompok orang yang terkena dampak dan mengadakan pertemuan, serta menulis laporan tahunan ke Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Majelis Umum PBB atau Human Rights Council and the UN General Assembly (UNGA).

Mencairkan Lapisan Es

Fokus utama adalah bagaimana emisi dari pencemar besar dapat mempengaruhi orang-orang yang jauh, karena emisi gas rumah kaca berhenti tanpa batas begitu mereka lepas ke atmosfer. Emisi ini memanaskan planet dan mendorong cuaca yang lebih ekstrem, mencairkan lapisan es, dan menyebabkan permukaan laut naik.

Mayoritas dari mereka yang terkena dampak paling buruk adalah yang paling tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim. Mereka termasuk para penyandang disabilitas yang tidak dapat melarikan diri dari peristiwa cuaca ekstrem, seperti banjir di Kota Lismore di New South Wales, Australia, pada tahun 2022.

"Kebanyakan orang yang meninggal memiliki kecacatan dan tidak dapat melarikan diri dari banjir," kata Fry.

Orang lanjut usia, yang lebih rentan terhadap panas dan dingin yang ekstrem dan tidak dapat melarikan diri semudah orang yang lebih muda, juga menjadi korban parah dari perubahan iklim.

Perempuan juga rentan. Di beberapa bagian Afrika, kekeringan memaksa laki-laki bermigrasi untuk bekerja, meninggalkan perempuan, yang harus berjalan jauh untuk mendapatkan air. "Mereka mengalami pelecehan seksual dan perdagangan manusia," kata Fry.

Di Bangladesh, kenaikan permukaan laut, banjir, dan topan menyebabkan ribuan orang mengungsi setiap tahun dan menghancurkan lahan pertanian. Fry mengatakan selama kunjungan ke Bangladesh pada tahun 2022, dia melihat dampak banjir dan bertemu dengan sekelompok wanita yang tanah pertaniannya rusak dan ternaknya hanyut.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top