Rabu, 19 Mar 2025, 01:00 WIB

PBB Ingatkan Kekurangan Pangan di Kamp Pengungsi Sudan

Warga Sudan yang mengungsi ke negara bagian al-Jazira beristirahat di sebuah kamp pengungsi di Kota Gedaref, beberapa waktu lalu.

Foto: Foto: afp

Hamilton - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan pada Senin (17/3) tentang penderitaan warga sipil yang semakin dalam di kamp pengungsi Zamzam di tengah bentrokan sengit antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter.

Juru Bicara PBB Farhan Haq mengatakan pengepungan yang sedang berlangsung di kamp tersebut, yang terletak di luar kota El Fasher, Sudan, semakin memperdalam penderitaan ratusan ribu warga sipil yang terlantar yang berjuang untuk bertahan hidup setelah berbulan-bulan mengalami kelaparan.

"Krisis di kamp tersebut telah memburuk selama Ramadan, dengan kekurangan makanan yang semakin parah," kata Haq pada Senin (17/3).

Seperti dikutip dari Antara, Haq juga menekankan bahwa harga barang-barang kebutuhan pokok telah meroket, membuat barang-barang esensial menjadi tidak terjangkau bagi sebagian besar keluarga.

Mengutip laporan mitra PBB tentang tanda-tanda kelaparan yang meningkat, Haq mengatakan serangan bersenjata terus terjadi di sepanjang rute antara Zamzam dan El Fasher, dengan banyak korban tewas dan cedera dilaporkan.

"Seorang mitra di Zamzam memperingatkan bahwa keberadaan alat peledak rakitan di dalam kamp juga menjadi kekhawatiran yang meningkat," tambahnya.

Mengenai situasi di Khartoum, Haq juga menyampaikan kekhawatiran OCHA tentang kondisi yang memburuk.

"Relawan lokal yang memberikan bantuan melaporkan kekurangan gizi yang parah dan kekurangan obat-obatan yang kritis di distrik Sharg An Nil. Mereka mengatakan kekurangan gizi meluas di kalangan anak-anak dan ibu hamil," katanya.

Menekankan bahwa skala penderitaan di Sudan sangat mengejutkan, PBB memperingatkan tentang konsekuensi yang menghancurkan bagi jutaan warga sipil jika tidak ada intervensi cepat.

"Kami sekali lagi menyerukan penghentian segera permusuhan di Sudan dan akses kemanusiaan tanpa hambatan dalam pengiriman bantuan untuk menyelamatkan nyawa,” ucap Haq.

Tentara Sudan dan RSF telah berperang sejak pertengahan April 2023 yang menewaskan lebih dari 20.000 orang dan 14 juta orang mengungsi, menurut PBB dan otoritas lokal. Namun, penelitian dari universitas di AS memperkirakan jumlah korban tewas sekitar 130.000 orang.

Seruan dari komunitas internasional dan PBB untuk menghentikan perang semakin meningkat, dengan peringatan tentang bencana kemanusiaan yang akan datang karena jutaan orang menghadapi kelaparan dan kematian akibat kekurangan pangan. Konflik tersebut telah menyebar ke 13 dari 18 negara bagian di Sudan.

Ancaman Houthi

PBB saat ini juga tengah khawatir terhadap ancaman Houthi yang berniat melanjutkan serangan ke kapal-kapal di Laut Merah pascaserangan Amerika Serikat (AS) terhadap Houthi di Yaman, ungkap Haq.


"Sekretaris Jenderal menyerukan kebebasan penuh untuk navigasi di Laut Merah," ungkapnya

Seorang jubir PBB menyerukan agar menahan diri dan menghentikan semua aktivitas militer di Yaman, serta berharap semua pihak dapat menghormati hukum internasional.

"Kami tegaskan kembali kekhawatiran kami atas diluncurkannya sejumlah serangan terhadap area-area yang dikuasai Houthi di Yaman oleh AS dalam beberapa hari terakhir," katanya.

Menurut Haq, Houthi melaporkan serangan udara AS telah menewaskan 53 orang, yang termasuk juga warga sipil, dan menyebabkan 101 orang lainnya luka-luka di Kota Sanaa serta kegubernuran Sa'ada dan Al Baydah. Serangan tersebut juga mengganggu pasokan listrik di daerah sekitar.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan: