Kamis, 20 Mar 2025, 06:15 WIB

Patung Paling Kontroversial di Kota Hoorn

Benteng Belgica dibangun oleh VOC sebagai pertahanan bagi Benteng Nassau yang selalu di serang oleh masyarakat Banda.

Foto: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud

Karena jasa pada pemerintah kolonial Belanda Gubernur Jendralnya mendirikan Patung Jan Pieterszoon Coen pada 1869. Pendidian ini bertepatan dengan bertepatan dengan 250 tahun usia kota Batavia.

Tahun ini terhitung dari masuknya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pimpinan Jan Pieterszoon Coen ke kota itu pada tahun 1619. Patung itu dulu berdiri angkuh di depan Gedung Putih, kini Gedung Kementrian Keuangan di Lapangan Banten. Namun patung pendiri Batavia sudah dihancurkan pada masa pendudukan Jepang di Jakarta pada 7 Maret 1943.

Pembakaran patung tidak langsung dilakukan oleh Jepang atau kira-kira setelah satu tahun setelah pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada balatentara Jepang di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Namun di Belanda tepatnya di alun-alun pusat kota Hoorn terdapat patung besar Jan Pieterszoon Coen yang lain. Patung ini didirikan pada 1893 untuk mengenang “pahlawan” bagi Belanda dan warga asli kota itu. Ia lahir di kota itu pada tanggal 8 Januari 1587 di Hoorn. Ia meninggal pada tanggal 21 September 1629 di Batavia karena penyakit kolera.

Pada peresmian patung Coen pada tahun 1893 di alun-alun pusat Hoorn, politisi Herman Schaepman berkata: “Penghargaan atas ketidakegoisannya, penyangkalan dirinya, pengorbanan dirinya. Terima kasih atas dorongannya, ketekunannya, kepahlawanannya. Terima kasih atas kehati-hatiannya, kebijakannya yang berpandangan jauh ke depan, dan kebijaksanaannya yang mulia.”

Namun meski begitu, ada orang-orang sezaman dengan Schaepman yang mengkritik tindakan Coen yang lugas dan kasar terhadap penduduk setempat. Beberapa hari sebelum peresmian patung tersebut pada tanggal 30 Mei 1893, sebuah artikel kritis tentang Coen muncul di majalah pekerja Recht voor Allen.

Hal ini menarik perhatian pada “(…) ribuan kemalangan yang kami, orang-orang Eropa, ciptakan di Hindia Timur, dan juga di seluruh belahan bumi, di mana, atas nama perdagangan, kami memasang panji-panji yang kami sebut dalam buku-buku dan patung-patung kami: peradaban, namun pada kenyataannya adalah panji-panji perampokan, pembunuhan dan haus darah,” tulis majalah tersebut.  

Artikel tersebut juga mengkritik Schaepman dan pembicara lain yang hadir pada pembukaan tersebut. Sebelumnya, pada tahun 1887, sejarawan J. A. Van der Chijs sempat meragukan patung tersebut. “Tangannya berlumuran darah,” kata sejarawan itu.

Meski demikian, peresmian patung tersebut diiringi dengan banyak perayaan. Namun gambar tersebut selalu menjadi kontroversi. Pada tahun 2011, dewan kota Hoorn memutuskan untuk menyediakan panel informasi pada patung tersebut yang menjelaskan posisi Coen yang kontroversial dalam sejarah Belanda dalam dua bahasa.

Ada juga banyak diskusi mengenai teks tersebut dan tandanya telah disesuaikan beberapa kali sejak saat itu. Banyak yang lebih suka melihat patung itu menghilang sepenuhnya dari jalanan. hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan: