Pasar Buku Terimbas Sektor 'E-Commerce'
Pedagang menunggu pembeli buku bekas di kiosnya di Terminal Bus Senen, Jakarta, Senin (25/2).
Foto: ANTARA/SUGIHARTO PURNAMAJAKARTA - Penjualan buku bekas di Pasar Senen, Jakarta Pusat, terkena imbas perkembangan sektor e-commerce atau jual beli berbasis online dengan penurunan omzet mencapai 50 persen dari kondisi sebelumnya.
Salah seorang pedagang, Arif Situmorang, mengatakan bahwa masuknya sektor e-commerce di Indonesia yang menawarkan banyak kemudahan memberikan dampak terhadap turunnya penjualan dari toko miliknya.
"Sebelum zamannya online, musim mahasiswa bisa 100 buku sehari, sekarang bisa berkurang sampai 50 persen," ujar Arif, di Jakarta, Rabu (27/2).
Menurut Arif, para pembeli kini cenderung memilih berbelanja menggunakan media e-commerce disebabkan harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan berbelanja langsung di toko-toko permanen. "Online menjatuhkan harga. Kadang pembeli berpatokan di online, jadi merusak harga pasaran," kata dia.
Dampak ramainya penjualan berbasis elektronik juga dirasakan Sinambela (48) dan Arwan (59). Sinambela menyebutkan penjualan online menyebabkan penjualan turun lebih dari 50 persen.
"Dulu biasanya kalau hari biasa bisa jual 20 buku per hari. Sekarang tiga sampai lima buku saja sehari. Pembeli sepertinya tidak mau capek," ujar Sinambela.
Sementara itu, Arwan bahkan menyebutkan penurun penjualan akibat ramainya e-commerce mencapai 90 persen. "Dulu sih sesepi-sepinya laku 10 buku sehari, sekarang dalam seminggu dua hari tidak laku sama sekali sudah biasa," kata Arwan.
Meski begitu, Arwan juga mengikuti tren online dengan membuka akun di sejumlah e-commerce, seperti Bukalapak dan Tokopedia. "Mau enggak mau harus diikuti (tren online). Mana tahu ada yang nyangkut," ujar dia.
Tidak hanya Arwan, Arif juga memiliki akun di Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Dia bahkan menyebutkan pembeli online lebih banyak dibanding offline. "Larinya ke online, 70 persen lebih banyak," kata dia.
Tak hanya buku bekas, Arif juga menjual buku baru yang dia dapat langsung dari penerbit atau agen di lapak online miliknya.
Meski penjualan secara online lebih laris, Arif masih berjualan secara offline karena ingin mempertahankan toko milik ayahnya yang telah mulai berjualan sejak 1981.
"Kalau saya di sini mulai 2010. Mempertahankan jualan di sini juga supaya langganan yang dulu bisa mampir ke sini," ujar Arif. Deretan toko buku bekas Senen tidak sepenuhnya ditinggal pembeli. Mahasiswa Hubungan Internasional di salah satu Universitas di Jakarta, Ishac Sebtra (19), misalnya, masih setia bekunjung. Ant/P-5
Redaktur: M Husen Hamidy
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 3 Pelaku Pembobol Ruang Guru SMKN 12 Jakut Diburu Polisi
- 4 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”
- 5 Tim Pemenangan Cagub dan Cawagub RIDO Akui Ada Persaingan Ketat di Jakut dan Jakbar