
Parah! Inflasi di Turki Meroket Hingga Lebih dari 70 Persen, Ini Penyebabnya

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan inflasi adalah dampak dari suku bunga yang terlalu tinggi.
Salah Arah
Pada September 2021, Bank Sentral menurunkan suku bunga mengikuti tekanan pemerintah Erdogan. Dampaknya segera terlihat di pasar uang. Banyak investor asing meninggalkan negara itu, perekonomian memburuk, dan inflasi sejak itu meroket tanpa henti. Nilai tukar mata uang Lira Turki anjlok. Tahun ini saja, nilai tukar Lira Turki sudah turun 23% terhadap dólar AS, padahal tahun lalu sudah merosot 44%. Melemahnya mata uang secara dramatis membuat impor bahan mentah dan energi menjadi lebih mahal.
Presiden Erdogan berharap, kebijakan suku bunga rendahnya akan bisa menarik investor asing. Awal minggu ini dia berjanji untuk membawa Turki masuk ke jajaran 10 ekonomi teratas dunia. Namun campur tangan Presiden dalam kebijakan-kebijakan Bank Sentral telahmenghilangkan kredibilitas lembaga keuangan negaraitu di mata investor asing.
Pulihnya perekonomian memang menjadi agenda terpenting bagi Erdogan, karena ia ingin terpilih lagi dalam pemilu 2023. Ketika Recep Tayyip Erdogan mendirikan partainya AKP tahun 2001, situasinya mirip. Tingkat inflasi di Turki saat itu mencapai 70 persen. Setahun kemudian, AKP berhasil memenangkan mayoritas kursi di parlemen dalam pemilu. Para pemilih ketika itu berharap Erdogan bisa melakukan reformasi dan membawa perbaikan. AKP saat itu itu menguasai 365 dari seluruhnya 550 kursi di parlemen.
Realita saat ini sudah lain, banyak pemilih yang kecewa dan berpaling dari Erdogan dan AKP. Namun situasi ini belum tentu bisa dimanfaatkan oleh kubu oposisi yang masih terpecah belah.
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya