![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Para Pemimpin Negara dan Teknologi Berkumpul di Paris, Hadiri KTT AI
Paris' Grand Palais menjadi lokasi pertemuan dua hari AI Summit.
Foto: AFPPARIS - Para pemimpin negara dan industri teknologi berkumpul di Paris pada Senin (10/2) untuk menghadiri pertemuan puncak dua hari tentang kecerdasan buatan (AI), dengan harapan dapat menemukan titik temu mengenai teknologi yang berpotensi mengganggu bisnis dan masyarakat global.
Pertemuan yang diselenggarakan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri India Narendra Modi tersebut bertujuan antara lain "memetakan" tata kelola AI di seluruh dunia, mempromosikan gagasan AI yang lebih etis, mudah diakses, dan hemat, serta mendorong kedaulatan Eropa atas teknologi tersebut.
Pertemuan hari Senin yang dihadiri sekitar 1.500 tamu di Grand Palais yang megah di ibu kota Prancis ini akan menampilkan ceramah dan diskusi panel yang menguraikan janji dan tantangan yang ditimbulkan oleh AI. Pertemuan dimulai sekitar pukul 9.30 pagi waktu setempat.
Para pemimpin negara, termasuk Wakil Presiden AS JD Vance dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Zhang Guoqing, akan bertemu dengan orang-orang seperti bos OpenAI Sam Altman dan pimpinan Google Sundar Pichai.
Dua tahun sejak kemunculan chatbot ChatGPT milik OpenAI, Macron menggembar-gemborkan manfaat kecerdasan buatan dan upaya Prancis di bidang tersebut.
'Stargate'
Dalam sebuah wawancara TV, Macron melacak "investasi 109 miliar euro (113 miliar dolar AS) dalam industri AI dalam beberapa tahun mendatang" di Prancis.
Uang tunai tersebut akan berasal dari Uni Emirat Arab, "dana investasi besar Amerika dan Kanada" dan perusahaan Prancis, kata Macron, Minggu.
Angka 109 miliar euro pada hari Minggu itu "setara dengan apa yang diumumkan AS melalui 'Stargate'," program AS senilai 500 miliar dollar yang dipimpin oleh pembuat ChatGPT OpenAI, tambahnya.
Tantangan teknis dan biaya bagi negara-negara yang berharap untuk tetap mengikuti perlombaan AI menjadi lebih jelas dalam beberapa minggu terakhir.
Perusahaan rintisan Tiongkok, DeepSeek, mengejutkan para pemain besar di Silicon Valley dengan model AI-nya yang berbiaya rendah dan berkinerja tinggi.
Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump meminjamkan aura kantornya kepada proyek "Stargate" untuk membangun infrastruktur komputasi seperti pusat data.
Bangunan-bangunan besar ini memusatkan di satu tempat penyimpanan data dan daya pemrosesan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menjalankan model AI yang paling canggih.
"Eropa harus menemukan cara untuk mengambil posisi, mengambil inisiatif, dan mengambil kembali kendali," kata Sylvain Duranton dari Boston Consulting Group.
Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen diperkirakan akan mengumumkan sekitar 10 superkomputer publik yang dirancang untuk digunakan oleh para peneliti dan perusahaan rintisan saat menghadiri pertemuan puncak tersebut.
Teka-teki Tata Kelola Global
Di luar dari pamer investasi, sekelompok negara, perusahaan, dan organisasi filantropi mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka akan menyuntikkan 400 juta dollar AS ke dalam sebuah kemitraan yang disebut "Current AI" yang akan mendorong pendekatan "kepentingan publik" terhadap teknologi tersebut.
Current AI bermaksud untuk mengumpulkan dana sebanyak 2,5 miliar dollar untuk misinya dalam memberikan pengembang AI akses ke lebih banyak data, menawarkan infrastruktur dan peralatan sumber terbuka bagi programmer untuk dikembangkan, dan "mengembangkan sistem untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan AI".
"Kami telah melihat bahaya dari pengembangan teknologi yang tidak terkendali dan potensi transformatif yang dimilikinya jika selaras dengan kepentingan publik," kata pendiri Current AI, Martin Tisne.
Pada hari Selasa, para pemimpin politik dari sekitar 100 negara akan mengadakan sesi pleno, dengan peserta terkemuka termasuk Modi, Vance, Zhang dan Von der Leyen.
Prancis berharap negara peserta akan menyepakati komitmen sukarela untuk membuat AI berkelanjutan dan ramah lingkungan.
- Baca Juga: Menhan Hegseth: Trump Dukung Aukus
- Baca Juga: Paus: Gunakan Angkatan Bersenjata Hanya untuk Pertahanan
Tetapi kesepakatan apa pun mungkin terbukti sulit dicapai antara blok yang beragam seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Tiongkok, dan India, masing-masing dengan prioritas berbeda dalam pengembangan dan regulasi teknologi.
Berita Trending
- 1 Anggota Komisi IX DPR RI Pastikan Efisiensi Anggaran Tak Kurangi Layanan Kesehatan Warga
- 2 Menteri Kebudayaan Fadli Zon Kunjungi Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin
- 3 Warga Kupang Terdampak Longsor Butuh Makanan dan Pakaian
- 4 Meringankan Beban Hidup, Pekerja Padat Karya Bebas Pajak Penghasilan
- 5 Klasemen Liga 1: Dewa United Geser Persija di Posisi Kedua
Berita Terkini
-
Diangkat dari Kisah Nyata, Film Rumah Teteh: Story of Helena Tayang 13 Februari 2025
-
Pendanaan Non-APBN: Jalan Pintas yang Bisa Berujung Masalah
-
Bukan Asal Bagi! Skema MBG Harus Fokus ke Penerima yang Berhak
-
Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
-
Dari Sawah ke Lumbung! Bulog-Penggilingan Kolaborasi Siap Serap Gabah Maksimal