Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Panas Ekstrem dan Hujan Lebat di Tiongkok Capai Rekor Tertinggi, Ancam Ketahanan Pangan

Foto : Istimewa

Para petani menyemprotkan air ke ladang setelah cuaca terik selama berminggu-minggu pada 11 Juni 2024 di Zhumadian, provinsi Henan, Tiongkok.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Tiongkok baru-baru ini tengah dilanda cuaca ekstrem karena kekeringan parah dan suhu tinggi, menghanguskan wilayah utara, sementara hujan lebat menggenangi wilayah selatan, meningkatkan kekhawatiran mengenai ketahanan pangan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Daerah-daerah di negara yang menghasilkan banyak beras dan gandum terkena dampak buruknya, sehingga mengganggu musim tanam di musim semi dan musim panas.

Kementerian Pertanian Tiongkok, pekan lalu, mengatakan bahwa kekeringan dan panas berdampak buruk pada musim tanam di beberapa provinsi utara dan tengah, dan memperingatkan bahwa suhu diperkirakan akan melampaui 35 Celcius (95 Fahrenheit) dalam beberapa hari mendatang.

Dikutip dari Cable News Network (CNN), peringatan darurat dikelurkan mencakup setidaknya tujuh provinsi, termasuk wilayah pertanian utama Henan dan Shandong, sudah diberlakukan karena kondisi kering dan panas.

"Suhu yang terus-menerus tinggi baru-baru ini telah mempercepat hilangnya air di dalam tanah dan (menyebabkan) kekeringan di beberapa daerah, yang berdampak negatif pada musim tanam di musim panas," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

"Kekeringan kemungkinan akan terus berlanjut dan tugas melindungi musim tanam di musim panas akan sulit dilakukan."

"Di Henan, wilayah penghasil gandum terbesar di Tiongkok yang menyumbang seperempat dari total produksi, curah hujan pada bulan Mei 70 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata tahunan," ujar Yang Wentao, seorang pejabat provinsi, mengatakan kepada stasiun televisi nasional CCTV pada hari Rabu.


Beberapa wilayah di negara ini sedang mengalami gelombang panas yang besar.

Administrasi Meteorologi Tiongkok atau China Meteorological Administration (CMA), mengatakan pada hari Rabu bahwa 28 stasiun cuaca regional memecahkan rekor masing-masing untuk suhu tertinggi yang pernah tercatat pada pertengahan Juni. Kota Fenyang di provinsi utara Shanxi mencatat suhu tertinggi yang pernah tercatat yaitu 40,2 derajat Celsius (104 Fahrenheit).

Tiongkok mencatat rekor musim semi terpanas tahun ini. Suhu rata-rata nasional antara bulan Maret dan Mei mencapai 12,3 derajat Celcius, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1961, dengan 12 stasiun meteorologi nasional mencatat suhu mencapai atau melampaui rekor, menurut Pusat Iklim Nasional . Tahun lalu merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat di negara ini.

Sementara itu, wilayah selatan negara itu, yang merupakan wilayah penghasil beras terbesar, telah dilanda hujan lebat selama berminggu-minggu.

Pada bulan April, Kementerian Pertanian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa curah hujan di beberapa wilayah telah meningkat sebesar 50 persen hingga 80 persen, dan bahkan meningkat dua kali lipat di beberapa wilayah. Mereka membuat serangkaian rekomendasi untuk mengurangi kerusakan pada bibit padi "awal" yang sedang tumbuh, yang ditanam pada bulan Maret dan dipanen pada bulan Juni.

CMA mengatakan pada hari Kamis bahwa hujan lebat telah terjadi di wilayah Zhejiang, Fujian, Jiangxi, Hunan, Guangxi dan Guizhou, beberapa di antaranya merupakan pusat manufaktur dan industri besar. Hunan dan Jiangxi adalah dua produsen beras terbesar di Tiongkok.

Markas Besar Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Negara Tiongkok, sebuah badan koordinasi nasional, mengeluarkan tanggap darurat terhadap banjir di wilayah selatan dan kekeringan di wilayah utara, pada hari Kamis, memperingatkan akan tingginya risiko banjir bandang dan bahaya geologi.

Hujan-hujan ini nampaknya berkaitan dengan pola monsun musiman yang dapat menyebabkan hujan lebat dalam jangka waktu singkat.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top