Pakar Peringatkan AI 'Mempercepat Krisis Iklim'
Seorang karyawan Pusat Komputasi Iklim Jerman (DKRZ, atau Deutsches Klimarechenzentrum) berpose di samping superkomputer "Mistral" pada tanggal 7 Juni 2017 di Hamburg, Jerman.
Foto: Education.cfr.org/Morris MacMatzen/Getty ImagesMONTREAL - Jika Anda peduli terhadap lingkungan, pikirkan dua kali sebelum menggunakan AI (artificial intelligence).
Kecerdasan buatan (AI) generatif menggunakan energi 30 kali lebih banyak daripada mesin pencari tradisional, demikian peringatan peneliti Sasha Luccioni, dalam misinya meningkatkan kesadaran tentang dampak lingkungan dari teknologi baru yang populer.
Diakui sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia AI oleh majalah Amerika Time pada tahun 2024, ilmuwan komputer Kanada asal Russia itu telah berupaya selama beberapa tahun untuk mengukur emisi program seperti ChatGPT atau Midjourney.
"Saya merasa sangat kecewa bahwa AI generatif digunakan untuk mencari di Internet," keluh peneliti tersebut, yang berbicara dengan AFP di sela-sela konferensi kecerdasan buatan ALL IN, di Montreal, Kanada.
Model bahasa yang menjadi dasar program tersebut membutuhkan kapasitas komputasi yang sangat besar untuk melatih miliaran titik data, sehingga memerlukan server yang kuat.
Lalu ada energi yang digunakan untuk menanggapi permintaan masing-masing pengguna.
Alih-alih sekadar mengekstrak informasi, "seperti yang dilakukan mesin pencari untuk menemukan ibu kota suatu negara, misalnya", program AI "menghasilkan informasi baru" yang membuat semuanya "jauh lebih membutuhkan energi," jelasnya.
Menurut Badan Energi Internasional, gabungan sektor AI dan mata uang kripto mengkonsumsi hampir 460 terawatt jam listrik pada tahun 2022, dua persen dari total produksi global.
Efisiensi Energi
Sebagai peneliti terkemuka tentang dampak AI terhadap iklim, Luccioni berpartisipasi pada tahun 2020 dalam penciptaan alat bagi pengembang untuk mengukur jejak karbon dalam menjalankan sebuah kode. "CodeCarbon" telah diunduh lebih dari satu juta kali.
Kepala strategi iklim perusahaan rintisan Hugging Face, sebuah platform untuk berbagi model AI akses terbuka, saat ini tengah berupaya menciptakan sistem sertifikasi untuk algoritma.
Mirip dengan program dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat yang memberikan skor berdasarkan konsumsi energi perangkat dan peralatan elektronik, program ini memungkinkan untuk mengetahui konsumsi energi suatu produk AI guna mendorong pengguna dan pengembang untuk "membuat keputusan yang lebih baik."
"Kami tidak memperhitungkan air atau material langka," katanya, "tetapi setidaknya kami tahu bahwa untuk tugas tertentu, kami dapat mengukur efisiensi energi dan mengatakan bahwa model ini memiliki nilai A+, dan model itu memiliki nilai D," katanya.
Transparansi
Untuk mengembangkan alatnya, Luccioni bereksperimen dengan model AI generatif yang dapat diakses semua orang, atau open source, tetapi ia juga ingin melakukannya pada model komersial dari Google atau pencipta ChatGPT, OpenAI, yang enggan menyetujuinya.
Meskipun Microsoft dan Google telah berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada akhir dekade ini, raksasa teknologi AS itu melihat emisi gas rumah kaca mereka melonjak pada tahun 2023 karena AI: naik 48 persen untuk Google dibandingkan dengan tahun 2019 dan 29 persen untuk Microsoft dibandingkan dengan tahun 2020.
"Kita mempercepat krisis iklim," kata Luccioni. Ia menyerukan lebih banyak transparansi dari perusahaan teknologi.
Solusinya, katanya, bisa datang dari pemerintah yang, untuk saat ini, "bertindak membabi buta," tanpa mengetahui apa yang ada "dalam kumpulan data atau bagaimana algoritmanya dilatih."
"Begitu kita memiliki transparansi, kita dapat mulai membuat undang-undang."
Ketenangan Energi
Penting juga untuk "menjelaskan kepada orang-orang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh AI generatif, dan berapa biayanya," menurut Luccioni.
Dalam studi terbarunya, peneliti ini menunjukkan bahwa memproduksi gambar definisi tinggi menggunakan kecerdasan buatan menghabiskan energi sama banyaknya dengan mengisi ulang baterai ponsel Anda hingga penuh.
Di saat semakin banyak perusahaan ingin mengintegrasikan teknologi lebih jauh ke dalam kehidupan kita -- dengan bot percakapan dan perangkat yang terhubung, atau dalam pencarian daring -- Luccioni menganjurkan "ketenangan energi".
Idenya di sini bukanlah untuk menentang AI, katanya menekankan, melainkan untuk memilih alat yang tepat, dan menggunakannya dengan bijaksana.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Pemulangan Warga Terus Dilakukan, Kemlu: 91 WNI yang Dievakuasi dari Suriah Tiba di Tanah Air
- Ribuan Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran di Solo
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru