Kamis, 23 Jan 2025, 12:55 WIB

Pakar Pendidikan Unair Sebut SMA Unggulan Garuda Tidak Urgen

Pakar sosiologi pendidikan Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu.

Foto: Istimewa

JAKARTA - Pakar sosiologi pendidikan Universitas Airlangga (Unair), Tuti Budirahayu, menyebut SMA Unggulan Garuda menyebut Pembangunan SMA Unggulan Garuda belum urgen. Menurutnya, program Kementerian Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tersebut tidak didasarkan atas kajian yang mendalam serta data atau peta data pendidikan di Indonesia.

"Daripada membangun sekolah baru akan lebih baik jika dapat meningkatkan kualitas sekolah yang sudah ada," ujar Tuti, dalam keterangan resminya, Kamis (23/1).

Dia menjelaskan, urusan membangun SMA bukan kewenangan Kemendiktisaintek, tetapi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Di sisi lain, kata dia, jika tujuannya untuk menyiapkan siswa berkuliah di universitas top, maka pemerintah cukup mencari siswa yang mampu lalu diberikan bimbingan. 

"Program bridging bagi siswa SMA juga dapat dilakukan untuk mempersiapkan mereka masuk ke universitas top,” jelasnya.

Sebagai informasi, sebanyak 20 SMA dan 20 Madrasah Aliyah Unggulan Garuda ini ditargetkan akan selesai dibangun pada 2029. Sekolah tersebut akan menggunakam konsep boarding school dan pembangunannya direncanakan pada daerah pedesaan atau pelosok.

Tuti menyebut, adanya label unggulan secara tidak langsung mengatakan bahwa siswa yang diterima hanya yang unggul saja. Menurutnya, kesan eksklusif akan lebih terasa.

"Ini akan membawa masalah baru bagi pendidikan di Indonesia yaitu munculnya kesenjangan, diskriminasi serta ketimpangan sosial," tuturnya.

Dia juga menyinggung fokus SMA Unggulan Garuda pada materi Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) bukan ilmu sosial yang dapat menyebabkan turunnya jiwa sosial siswa. Menurutnya, pernyataan itu tidak konsisten dengan tujuan membangun sekolah unggulan untuk menumbuhkan kepekaan terhadap masalah lokal.

“Bagaimana siswa dapat memiliki kepekaan terhadap persoalan lokal di wilayah tempat mereka belajar, jika tidak diasah pengetahuannya tentang masalah-masalah sosial, budaya, dan politik. Tentunya semakin lama jiwa sosial siswa akan semakin menurun,” ungkapnya.

Redaktur: Sriyono

Penulis: Muhamad Ma'rup

Tag Terkait:

Bagikan: