Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Moneter I "Imported Good Inflation" Akan Meningkat Seiring Melemahnya Rupiah

Pacu Produksi Lokal untuk Redam Fluktuasi Kurs

Foto : Sumber: BPS - koran jakarta /ones
A   A   A   Pengaturan Font

» Penguatan dollar AS membuat supplier dan produsen harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.

» Harga produksi juga akan meningkat, termasuk pupuk yang sangat dibutuhkan oleh petani.

JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akan berpengaruh terhadap produk-produk ritel yang bahan baku dan bahan penolongnya bergantung pada impor seperti gandum dan kedelai.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N Mandey,

menyebutkan penguatan dollar AS membuat supplier atau produsen harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menembus bahan baku dan barang penolong yang diimpor, dibandingkan dengan sebelumnya.

"Peritel nggak menaikkan harga, tapi karena mereka dari produsen, supplier menaikkan harga bahan baku dan penolongnya naik, otomatis akan terdampak ke hilir karena eskalasi harga atau perubahan harga akan dilakukan oleh produsen bukan peritel, peritel ini kan ada di sektor hilir," kata Roy di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengakui kalau tidak semua produk ritel mengalami kenaikan harga, hanya barang yang memiliki kandungan bahan baku impor yang berpotensi mengalami kenaikan seperti produk-produk yang mengandung bahan baku kedelai seperti tahu dan tempe, begitu pula dengan produk pakaian juga akan mengalami kenaikan lantaran Indonesia masih mengimpor kapas.

"Bahan baku, bahan penolongnya naik, bayar dollarnya lebih tinggi, yang ada kandungan bahan baku dan penolongnya dari impor pasti akan berdampak kepada harga jual," katanya.

Pengamat ekonomi dari STIE YKP Yogyakarta, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan kenaikan harga bahan baku penolong akan menekan ekonomi di bawah. Kedelai, terigu, dan gula adalah tiga bahan baku impor yang selama ini jadi pendorong utama ekonomi di bawah.

Sebab itu, penting untuk mendorong produksi bahan baku dan bahan penolong di dalam negeri sebagai solusi jangka panjang. "Pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas produksi lokal sehingga kebergantungan pada impor dapat dikurangi," jelasnya.

Dia pun meminta pemerintah memberikan insentif dan dukungan bagi industri yang terdampak fluktuasi kurs rupiah. "Kebijakan fiskal dan moneter yang stabil serta program subsidi untuk sektor-sektor strategis dapat membantu menjaga daya saing industri dalam negeri," kata Aditya.

Sementara itu, peneliti Ekonomi Celios, Nailul Huda, mengatakan yang jelas imported good inflation akan meningkat seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Barang-barang jadi dari impor akan menjadi lebih mahal, begitu pun dengan harga raw material di berbagai sektor ekonomi.

Harga produksi juga akan meningkat, termasuk pupuk yang sangat dibutuhkan oleh petani. Maka, produk turunannya yaitu harga barang setengah jadi di dalam negeri akan meningkat.

"Dengan tekanan inflasi yang masih tinggi, saya rasa kenaikan biaya produksi susah diturunkan, sehingga akan menurunkan permintaan," kata Huda.

Begitu pula dengan harga gabah yang relatif tinggi, dan harga beras juga ikut terkatrol. Jadi, efek pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki efek domino," katanya.

Bagi masyarakat yang menjadi spekulan, papar Huda, tentu untung terutama mereka yang pegang dollar, tetapi memang akan lebih baik kalau mereka melepas valuta asing (valas) di pasar untuk membantu membanjiri stok dollar AS di pasar. Itu pun jika mereka mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap ekonomi nasional dan bukan sebagai spekulan.

Rentan Gejolak Harga

Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, yang diminta terpisah, mengatakan risiko kebergantungan pada produk impor di antaranya adalah rentannya gejolak harga karena pelemahan nilai tukar.

"Selama kebergantungan impor tinggi, kita akan selalu diganggu oleh dampak pelemahan nilai tukar. Pertanyaannya ini sampai kapan, jika tak ada komitmen serius akhiri ketergantungan impor," tandas Awan.

Untuk itu, perlu meningkatkan produksi pangan lokal/dalam negeri yang ditunjang perbaikan tata niaga/distribusi untuk mengurangi kebergantungan pada impor. Selain memacu produksi lokal, hal ini juga penting dilakukan untuk meminimalisir dampak fluktuasi nilai tukar.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top