Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pacu Dekarbonisasi, Kemenperin Harap Stakeholder Bersinergi Kembangkan Komoditas Hidrogen

Foto : Istimewa

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Reni Yanita menyampaikan sambutannya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Hidrogen Sebagai Komoditas Strategis Industri di Jakarta, Kamis (15/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan komoditas hidrogen. Diharapkan stakeholder terkait bisa bersinergi dalam pengembangan komoditas hidrogen yang merupakan produk industri strategis untuk mendukung program dekarbonisasi.

Hal itu dipaparkan Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Reni Yanita, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Hidrogen Sebagai Komoditas Strategis Industri di Jakarta, Kamis (15/8).

Reni menguraikan, di tengah tantangan perubahan iklim, Indonesia memerlukan tindakan yang tepat untuk mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca secara bertahap. Indonesia telah menyampaikan peningkatan ambisi penurunan emisi GRK melalui dokumen Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC).

Target penurunan emisi GRK Indonesia dengan kemampuan sendiri dari sebelumnya sebesar 29% meningkat ke 31,89%. Sedangkan target dengan dukungan internasional dari sebelumnya sebesar 41% meningkat ke 43,20% pada tahun 2030.

"Kemenperin berkomitmen untuk dapat mencapai target NZE di sektor industri pada tahun 2050, lebih cepat 10 tahun dari target NZE nasional,"u cap Reni.

Fenomena krisis energi yang melanda dunia serta komitmen Indonesia dalam penurunan emisi GRK, harus menjadi perhatian industri, khususnya dalam menemukan solusi pemenuhan energi yang rendah karbon. Pengembangan hidrogen hijau adalah salah satu strategi untuk mencapai target NZE industri tahun 2050.

Hidrogen adalah alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan merupakan media penyimpan energi yang ideal, apalagi jika dibangkitkan dari sumber energi terbarukan (green hydrogen). Selain itu, hidrogen adalah penghubung rantai energi yang berkelanjutan dan bebas emisi dari awal hingga akhir. Namun, penggunaan hidrogen sebagai energi dalam skala besar perlu didukung dengan infrastruktur produksi, penyimpanan, dan transportasi ke pengguna akhir yang handal, aman, memadai, dan ekonomis.

Hal ini memunculkan tantangan sekaligus peluang yang sangat besar bagi pengembangan industri hidrogen ke depan. Oleh karena itu, industri harus bersiap untuk mengambil peluang ini dengan mempersiapkan penyediaan infrastruktur dan teknologi yang paling efisien dan sesuai dengan standar keamanan yang memadai.

Reni menyebutkan bahwa sektor industri gas industri merupakan sektor industri pendukung yang memiliki peran sangat penting dalam operasional industri lain selama lebih dari 3 dekade terakhir. Kapasitas industri gas industri nasional saat ini sebesar 2,5 juta ton dan mampu mencukupi kebutuhan gas industri dalam negeri sebesar 1,4 juta ton/tahun.

Kapasitas industri gas industri nasional terdiri atas oksigen sebesar 658 ribu ton per tahun, nitrogen sebesar 1,2 juta ton per tahun, karbon dioksida sebesar 653 ribu ton per tahun, hidrogen sebesar 4 ribu ton per tahun, serta gas mulia dan gas-gas lain sebesar 48 ribu ton per tahun. "Secara umum, kapasitas produksi yang ada sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri," sebutnya.

Industri gas industri telah menjalankan peran dengan sangat baik sebagai penyedia gas industri di Indonesia. "Kami juga mengapresiasi industri gas industri telah secara aktif mendukung program pemerintah dalam penanganan kebutuhan oksigen pada masa pandemi Covid-19 dengan mengalokasikan seluruh produksi oksigen ke rumah sakit untuk menolong rakyat Indonesia," pungkas Reni.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top