Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Noma, Restoran Terbaik di Dunia akan Tutup

Foto : Jens Dresling/Polfoto/AP

Noma dinobatkan sebagai restoran terbaik dunia lima kali dalam 11 tahun terakhir versi majalah Restaurant, dan dianugerahi tiga bintang Michelin.

A   A   A   Pengaturan Font

Bagi yang hobi kuliner dan traveling, mungkin harus mencoba rumah makan dengan predikat terbaik di dunia ini, sebelum ditutup. Oh ya, jangan lupa siapkan 500 dolar AS untuk menikmati sensasi menu berlemak ala Nordik dari restoran yang terletak di, Kopenhagen, Denmark ini.

Noma dinobatkan sebagai restoran terbaik dunia lima kali dalam 11 tahun terakhir versi majalah Restaurant, dan dianugerahi tiga bintang Michelin. Namun rumah makan yang beralamat di Refshalevej 96 ini akan ditutup pada 2024.

Bersantap di Noma memperkaya pengalaman makanan, termasuk rusa kutub dan sayuran hijau. Restoran ini terletak di tengah taman dan rumah kaca dengan ruangan yang dikhususkan untuk barbekyu dan fermentasi. Ruang makan dengan 40 kursi dapat didekorasi dengan kerangka ikan atau rumput laut kering; jamuan multi-course diakhiri dengan penyajian menu.

Saat René Redzepi, seorang koki yang membuka Noma pada 2003, beberapa kritikus mencemooh rencananya yang ambisius. Bagaimana mungkin seseorang dapat menawarkan menu yang hanya terdiri dari bahan-bahan hyperlocal Nordik dan inovasi masakan daerah, mereka bertanya-tanya? Gagasan itu dikritik sebagai "restoran lemak" dan dicemooh di dunia makanan dengan istilah yang jauh lebih hambar.

Redzepi segera mengganti strategi dengan hidangan yang sangat inventif, dan difermentasi. Dibuat dengan susah payah, membuat ia dikenal pencipta masakan "Nordik Baru" dan bisnisnya meraih berbagai gelar terhormat termasuk "restoran terbaik dunia". Namun pada Senin (9/1), Redzepi mengungkapkan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan hidangan khas hiperlokal itu, sebagian besar dilakukan oleh pekerja magang dan bergaji rendah. Ini dianggap bukan sebagai model bisnis yang berkelanjutan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top