Nelayan Kutawaru Cilacap Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Pilah Ikan
Tim PT Pertamina Patra Niaga Fuel Integrated Terminal Cilacap dan Politeknik Negeri Cilacap meninjau alat Senopati (Sensor Pemilah Ikan dan Sampah Terintegrasi) di Bengkel Kelompok Nelayan "Sembir" Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (1/10).
Foto: ANTARA/SumarwotoCILACAP - Nelayan di Kawasan Segara Anakan, Kelurahan Kutawaru, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memilah ikan atau udang dan sampah.
Ditemui di Bengkel Kelompok Nelayan "Sembir" Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Cilacap, Selasa, tokoh nelayan setempat, Suradi mengatakan, alat yang dilengkapi dengan sensor memilah ikan dan sampah tersebut merupakan bantuan program pertanggungjawaban sosial perusahaan dari PT Pertamina Patra Niaga Fuel Integrated Terminal Cilacap bekerja sama dengan Politeknik Negeri Cilacap (PNC).
"Kalau kita menangkap ikan dari laut menggunakan jaring kadang 'kan banyak plastiknya atau sampah lainnya, begitu sampai di darat harus dipilah-pilah antara ikan, udang, dan sampah, kalau memilah kepiting lebih mudah," katanya.
Bahkan ketika mendapatkan udang berukuran kecil sebanyak 100 kilogram, kata dia, jika proses memilahdilakukan secara manual membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
Akan tetapi dengan adanya alat yang diberi nama Senopati (Sensor Pemilah Ikan dan Sampah Terintegrasi), lanjut dia, proses memilahberlangsung lebih cepat dan efisien.
Selain alat Senopati, dia mengatakan pihaknya juga mendapatkan bantuan berupa alat pembuatan pakan ikan atau peletmenggunakan bahan bakar elpiji.
"Kadang kalau menangkap ikan, kami juga mendapatkan ikan-ikan yang tidak laku dijual. Ikan-ikan tersebut selanjutnya diolah menggunakan alat tersebut untuk dijadikan pelet," katanya.
Menurut dia, pelet yang dihasilkan tersebut digunakan untuk pakan ikan yang dibudidayakan nelayan di kolam maupun tambak.
Terkait dengan berbagai bantuan yang diberikan Fuel Integrated Terminal Cilacap, dia mengatakan hal itu berawal dari kebiasaan nelayan setempat yang menjual ikan hasil tangkapan mereka secara perorangan.
Oleh karena itu, dia menginisiasi berdirinya Kelompok Nelayan "Sembir" untuk memudahkan penjualan ikan dan selanjutnya salah seorang warga bernama Sutiyono mengusulkan agar kelompok tersebut mengajukan bantuan ke Pertamina.
"Kami pun mengajukan bantuan dan disetujui. Kami mendapatkan bantuan program Pemberdayaan Ekonomi Pesisir Segara Anakan Kutawaru Cilacap yang disingkat Pepes Sega K-Cap," kata Suradi.
Sementara itu, Direktur Politeknik Negeri Cilacap Riyadi Purwanto mengatakan, kegiatan yang diselenggarakan PNC bersama Fuel Integrated Terminal Cilacap di Kutawaru merupakan bagian dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Menurut dia, alat Senopati yang dibuat akademisi bersama mahasiswa PNC tersebut memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memilah ikan dan sampah.
"Sebelum digunakan terlebih dahulu dibuatkan database dengan merekam atau memfoto ikan maupun udang untuk dimasukkan ke dalam alat tersebut. Dengan demikian ketika yang akan dipilah adalah ikan, sensor alat tersebut akan mengambil ikan," katanya didampingi Dosen Pengendalian Pencemaran Lingkungan PNC Oto Prasadi.
Ia mengatakan, pihaknya akan terus berupaya melatih dan meningkatkan kecerdasan alat Senopati tersebut serta mendampingi nelayan agar mahir dalam pengoperasian alat.
Terkait dengan bantuan yang diberikan untuk nelayan, Manajer Fuel Integrated Terminal Cilacap Ahmad Delfhin Ananta mengatakan, hal itu dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perusahaan bagi masyarakat sekitar.
"Ini untuk membantu masyarakat sekitar agar perekonomianmeningkat dari sebelumnya. Ini merupakan salah satu program kami untuk meningkatkan produktivitas dan perekonomian masyarakat," katanya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Sutirno mengakui, perkembangan teknologi harus diikuti oleh semua lapisan masyarakat termasuk nelayan.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menyambut baik adanya teknologi memilah ikan dan sampah agar nelayan tidak lagi memilah secara manual.
"Selain alat memilah ikan, alat pembuatan pelet yang menggunakan bahan bakar elpiji juga sangat membantu nelayan karena dapat mengurangi biaya produksi dalam membuat pakan ikan mengingat harga elpiji lebih murah dibandingkan dengan harga BBM," katanya.
Redaktur: -
Penulis: Alfred, Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 4 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 5 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga
Berita Terkini
- KPU RI Imbau Semua Pihak Jaga Ketenangan di Masa Tenang
- Debut Prabowo di G20 Pertegas RI Jadi Aktor Diplomasi
- Biaya Logistik Perlu Diturunkan untuk Capai Target Pertumbuhan 8 Persen
- Trump Siapkan Strategi Atasi Masalah Imigran Amerika Latin
- Celios Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,7–4,9 Persen pada 2025