Negara-negara Kaya Harus Bayar Lebih untuk Hadapi Perubahan Iklim
Dampak perubahan iklim semakin terasa di negara-negara rentan seperti Bangladesh.
Foto: ISTIMEWAWASHINGTON - Kelompok negara-negara G24, hari Selasa (22/10), mengatakan negara-negara kaya harus menyediakan lebih banyak dana untuk mendukung negara-negara berkembang dan ekonomi pasar berkembang di dunia mengatasi tantangan iklim dan pembangunan atau menghadapi risiko menggagalkan kemajuan terkini.
"Masyarakat global gagal mencapai tujuan iklim dan pembangunan, dan dalam menyediakan dukungan keuangan yang sepadan kepada negara-negara berkembang untuk mencapainya," kelompok G24 mengumumkan dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari The Daily Star, G24, yang mencakup berbagai negara pasar berkembang dan ekonomi berkembang termasuk Argentina, Ghana, Nigeria, dan Filipina, bertemu di Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional atauInternational Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia di Washington minggu ini.
Mengenai perubahan iklim, G24 menyatakan ada kebutuhan untuk meningkatkan pendanaan secara signifikan.
"Jumlah yang dibutuhkan oleh karena itu lebih besar dari 100 miliar dollar AS per tahun yang direncanakan selama COP29 mendatang, untuk menggantikan komitmen saat ini, yang berakhir tahun depan," tambahnya.
Angka ini dibayarkan oleh negara-negara kaya dan terindustrialisasi yang secara historis paling banyak berkontribusi terhadap pemanasan global, termasuk Amerika Serikat, negara-negara anggota Uni Eropa, dan Jepang.
Berikan Konpensasi
G24 menambahkan para anggotanya mengharapkan kemajuan yang lebih cepat dalam operasionalisasi dan kapitalisasi Dana Kerugian dan Kerusakan, mengacu pada dana yang dirancang untuk memberikan kompensasi kepada negara-negara berkembang atas kerusakan iklim yang sebagian besar disebabkan oleh negara-negara kaya.
Rancangan target pendanaan iklim, yang akan diadopsi pada bulan November di COP29 di Baku, Azerbaijan, telah menjadi lebih jelas dalam beberapa minggu terakhir setelah diterbitkannya rancangan perjanjian.
Namun, angka akhir, yang dikenal sebagai tujuan kolektif terukur baru atau new collective quantified goal (NCQG) belum diumumkan, dan masih belum jelas menjelang pertemuan puncak bulan depan.
"Tanpa perbaikan dan tindakan berani, upaya individu dan global selama puluhan tahun untuk memberantas kemiskinan dan kesenjangan, memerangi perubahan iklim, dan berinvestasi dalam berbagai proyek akan terhenti, jika tidak dibatalkan," kata Sekretaris Keuangan Filipina dan Ketua G24, Ralph Recto, kepada wartawan di IMF di Washington.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Gibran Ungkap Rencana Nvidia Buka Sekolah AI di Solo
- Menteri Pertanian Tinjau Program Swasembada Pangan 3 Provinsi di Kalimantan
- Lagi, Polisi Tembak Polisi di Sumbar, Habiburokhman Duga Terkait Tambang Ilegal
- 4 Cara Mencapai Swasembada Air di Era Prabowo: Tak Harus dengan Bendungan
- FBI Menangkap Pria yang Merencanakan Serangan Bom di Bursa Efek New York