Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Meski Dikritik, Koruptor Tetap Berdendang

A   A   A   Pengaturan Font

Tulisan "Revolusi Mental" mengajak pembaca introspeksi, sudah semestinya seorang pemimpin melayani, pelayan rakyat. Inilah hakikat revolusi mental. Pemahaman ini penting, agar revolusi mental yang digaungkan dari waktu ke waktu bukan sebatas wacana. Bagi para pemimpin, revolusi mental menanggung tugas melunasi utang kepada rakyat. Bagaimanapun rakyat memiliki hak konstitusional untuk dibikin makmur. "Membayar utang itu kini merupakan kewajiban pemimpin yang menyadari bahwa memimpin bukan sekadar dilakukan dengan omong dan memberi janji berupa kata-kata, tetapi melayani dengan tindakan nyata untuk membikin rakyat merasa punya pemimpin (hal 61).

Disinggung pula masalah petani sebagai negara agraris. Sejak era kolonialisme Belanda hingga reformasi, petani diteror. Bukan teror hama, tapi kebijakan pemerintah yang mengancam hidup petani. Di antaranya, pembebanan pajak berlebihan, penguasaan tanah, penerapan regulasi/UU, dsb (hal 125). Buku juga mengkritik kerusuhan berlatar agama atau pergeseran iman dan agama menjadi barang dagangan. Para pemimpin agama tak lagi hidup seturut kotbah-kotbahnya.


Diresensi Margareta Dwi Prihatining K, Alumna Unika Soegijapranata Semarang

Komentar

Komentar
()

Top