Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Meski Dikritik, Koruptor Tetap Berdendang

A   A   A   Pengaturan Font

Tebal : viii+282 halaman

Berbagai cara telah dilakukan KPK untuk memberantas korupsi, di antaranya memberi kesempatan kepada para seniman turut mengkritik atau menyindir lewat karikatur, grafiti, puisi, dan pementasan monolog maupun drama. Faktanya, tren korupsi tak juga menurun. Miris rasanya melihat para koruptor masih dapat menebar senyum sembari melambai di depan kamera TV. Rompi oranye tak sedikit pun membuat malu atau takut. Mungkin para koruptor memang bebal, tanpa hati nurani. Kritik, termasuk yang disampaikan para seniman, terlalu halus, kurang tajam menohok.

Keprihatinan serupa dipaparkan Mohamad Sobary dalam Tikuse Pada Ngidung sebagai tanggapan atas pementasan lakon teater Pesta Para Pencuri, pada Juli 2017. Lakon untuk menyindir para koruptor ini dianggap kurang mengena. Idealnya, cerita diolah lebih nakal, jangan tanggung-tanggung. Misalnya, pentas digelar di Gedung Kejaksaan Agung, Mabes Polri, atau Gedung MPR/DPR. Semua pejabat diundang. Sajian cerita harus menggigit karena kenakalan koruptor sudah keterlaluan. "…di negeri ini kritik hendaknya landepe pitung penyukur, ketajamannya setara tujuh silet digabung menjadi satu agar terasa oleh pihak yang dikritik…." (hal 4)

Ada kutipan bait Dandanggula (tembang Jawa) karya Ki Ranggawarsita (1802-1873) dua abad lalu. Bunyinya, "Tikuse pada ngidung. Kucing gering kang njagani". Tikus-tikus berkidung mewakili para koruptor yang menyanyi jejingkrakan: tak merasa malu, tak pernah merasa hina dina. Mereka selalu berusaha menyerang dan memperlemah lembaga yang mengawasi polah tingkah mereka. Metafora tikuse pada ngidung ini lebih simbolis dibanding para pencuri yang berpesta pora. Kucing gering kang njagani, kucing sakit-sakitan tak berdaya, dan tak pernah berani menerkam si tikus (hal 6).

Tikuse Pada Ngidung menjadi esai pembuka buku yang memuat 50 tulisan yang dikelompokkan menjadi empat bagian ini. Bagian Pertama mengangkat tema "Moral dan Dunia Politik". Bagian II bertema "Makna Revolusi Mental." Selanjutnya, Bagian III berisi "Dari Dunia Kaum Tani" dan terakhir beragam "Kebudayaan, Seni, dan Rohani."
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top