Senin, 16 Des 2024, 22:02 WIB

Menyepi di Bali: THK U Gelar Refleksi Global di Pantai Kura Kura Bali

Foto: Dok Istimews

JAKARTA - Para pemimpin global terkemuka, tokoh spiritual, dan seniman terkenal berkumpul di pantai suci Kura Kura Bali untuk berefleksi dan mencari solusi modern untuk mengatasi tantangan global yang mendesak dalam Perjalanan Refleksi Universal Tri Hita Karana: Bersatu dalam Keberagaman untuk Perdamaian, Kemakmuran, Rakyat, Planet, dan Kemitraan (5P).

Paus Fransiskus, Imam Besar Nasaruddin, peraih Penghargaan Hollywood Michelle Yeoh, Presiden Bank Dunia Ajay Banga, pendiri Bridgewater Ray Dalio, pemimpin spiritual Deepak Chopra, filantropis Susan Rockefeller, dan pemerintah Indonesia berkumpul untuk berpartisipasi dalam acara unik yang merayakan persatuan, keragaman, dan pembangunan berkelanjutan.

Ray Dalio, investor makro global selama lebih dari 50 tahun bergabung dengan gerakan THK U. "Dari Abu Dhabi ke Bali, kita bersatu dalam tujuan bersama: untuk menciptakan dunia di mana keragaman dirayakan, dan harmoni menang. Mari kita menghormati semangat Istiqlal dan bekerja bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik untuk semua," ungkap Dalio dalam keterangan tertulisnya, Senin (16/12).

Saat ribuan lilin dinyalakan, upacara Tari Perdamaian Bali yang memukau telah digelar, menampilkan kain berukuran 17x35 meter yang dihiasi dengan lukisan SDG 16 Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh. Gerakan global ini, terinspirasi oleh Deklarasi Istiqlal dan semangat persahabatan yang dipelihara oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Nasaruddin, bertujuan untuk memperkuat komitmen terhadap perdamaian dan harmoni.

Acara ini akan menampilkan pertunjukan memikat dari lagu "Lilin Lilin Kecil" (Lilin Kecil), diiringi lagu kebangsaan global yang disusun dari instrumen musik dari seluruh dunia. Seniman kontemporer dari G20 dan H20 akan memamerkan karya mereka melalui kubah seni konstelasi berputar yang menyinari di area Kura Kura Bali, Pulau Serangan, Bali.

Pertemuan ini berfungsi sebagai platform yang kuat untuk membahas dan menangani masalah kritis seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan perdamaian global. Dengan menggabungkan kearifan kuno dengan inovasi modern, para peserta berharap dapat. menginspirasi gerakan global menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.

"Malam ini, kita semua menyaksikan kekuatan cahaya dari lilin kecil yang mampu menyatukan dunia," ujar Tantowi Yahya, Presiden Yayasan Upaya Indonesia Damai atau dikenal sebagai United In Diversity Foundation.

"Tri Hita Karana Universal Reflection Journey (THK U) bukan hanya sekedar acara melainkan sebuah gerakan yang mengajak kita untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan, berdasarkan prinsip-prinsip harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas," tambahnya.

Lilin kecil yang dinyalakan akan menjadi tanda komitmen bersama untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs) dan mendukung inisiatif G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA). Berakar pada prinsip harmoni dengan manusia, alam, dan Yang Mahakuasa, THK U menawarkan ruang bagi semua orang untuk merayakan kemanusiaan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Dalam acara ini, para peserta diundang untuk bertransformasi dari pemikiran egosentris menjadi solusi ekosentris, membangun jaringan dengan para pemimpin dari berbagai sektor, dan memicu potensi spiritual, kolaboratif, dan intelektual.

Seperti yang dikatakan Tantowi dalam konferensi persnya, THK U adalah suar harapan dalam kegelapan, menginspirasi kita untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

"Mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal untuk perubahan yang lebih besar. Bersama-sama kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil, harmonis, dan berkelanjutan," tutupnya.

Seperti yang diketahui "Konstelasi: Refleksi Global, Edisi H2O" membawa kita dalam perjalanan mendalam ke saling keterhubungan antara manusia dan alam. Dalam konteks Tri Hita Karana, di mana harmoni dengan alam adalah kunci untuk kehidupan yang berkelanjutan, pameran ini menyoroti dampak perubahan iklim.

Dipimpin oleh seniman terkenal Lance M. Fung, pameran tahunan ini mempertemukan dua belas seniman baru yang mewakili berbagai negara kepulauan di seluruh dunia. Melalui instalasi dan lukisan yang menggugah pikiran, para seniman ini menyuarakan keprihatinan mereka tentang dampak krisis air terhadap masyarakat dan ekosistem.

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: Mohammad Zaki Alatas

Tag Terkait:

Bagikan: