![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Menyebarnya Orang Bantu di Afrika
Foto: IstimewaMigrasi orang Bantu dilakukan dari pantai barat Afrika menuju selatan dan timur. Mereka meninggalkan tempat asalnya kemungkinan karena menurunnya kesuburan lahan, epidemi, perebutan sumber daya, peperangan, perubahan iklim mempengaruhi tanaman, dan semangat petualangan.
Di masa lalu di Afrika, terjadi migrasi secara besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Bantu. Nama ini merupakan sebutan untuk untuk lebih dari 400 kelompok etnis yang berbeda di Afrika barat yang wilayahnya meliputi sabana dan kawasan hutan hujan di sekitar Sungai Niger di Afrika barat bagian selatan (Nigeria, Kamerun, dan Gabon).
Orang Bantu yang disatukan oleh rumpun bahasa yang sama yaitu bahasa Bantu, berpindah dari asal mereka di bagian tengah, timur, dan selatan benua Afrika menuju selatan, timur dan tenggara. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan milenium ke-2 sebelum masehi (SM) dan berakhir sebelum 1500 Masehi (M).
- Baca Juga: Deteksi Dini Jamur Kulit dengan Teknologi AI
- Baca Juga: Apakah Satu Spesies dengan Homo habilis?
Migrasi orang Bantu turut membawa teknologi dan keterampilan bercocok tanam. Peradaban itu mempraktekan pembuatan kerajinan dari besar yang menghasilkan peralatan dan senjata yang lebih baik.
Tersebarnya orang Bantu membuatnya mendominasi hampir seluruh Afrika dari selatan Sahara hingga Kenya, Tanzania, Somalia, Botswana dan lainnya. Pengecualiannya adalah Afrika selatan dan gurun Namibia.
Secara keseluruhan, sekitar 500 bahasa yang digunakan saat ini di wilayah yang luas itu berasal dari bahasa proto-Bantu. Meskipun sebagian besar sejarawan akan setuju pada kejadian umum migrasi Bantu di seluruh Afrika, namun waktu yang tepat, motivasi, rute, dan konsekuensi semuanya masih diperdebatkan.
Dengan menggunakan alat batu dan besi, mereka berhasil menanam tanaman seperti millet, sorghum, padi kering, kacang-kacangan, kelapa sawit, dan melon, meskipun mereka melakukannya pada tingkat subsistem yaitu mereka hanya menanam tanaman yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Salah satu kelebihan orang Bantu memiliki keterampilan memproduksi peralatan dari besi. Dari mana ilmu ini diperoleh, para ahli belum tahu pasti. Menurut buku The Kushite Kingdom, ada tiga kemungkinan keterampilan memproduksi peralatan dari besi itu diperoleh yaitu pertama, diperkenalkan oleh bangsa Fenisia di utara, Mesir atau Kushites di timur, atau diperoleh secara lokal dan mandiri.
Alat besi membantu orang Bantu meningkatkan hasil pertanian dan senjata besi mereka membuat mereka menjadi lawan militer yang tangguh. Mereka juga pemburu, penggembala hewan (kambing, domba, dan sapi), pembuat tembikar, penenun dan pedagang, menukar barang-barang seperti garam, tembaga, dan bijih besi untuk barang-barang yang mereka butuhkan.
Selama milenium ke-2 SM, kelompok populasi kecil Bantu mulai bermigrasi ke Afrika tengah dan kemudian menyeberang ke wilayah Danau Besar di Afrika timur. Gerakan ini dapat dilacak dengan studi linguistik teknik yang dikenal sebagai leksikostatistik dan pengamatan kedekatan relatif bahasa lokal satu sama lain dan bahasa yang awalnya diucapkan oleh orang Bantu di delta Sungai Niger atau proto-Bantu.
Sedangkan hasil penelitian beberapa ahli tentang penyebab terjadinya migrasi mereka menyimpulkan habisnya sumber daya lokal seperti lahan pertanian, lahan penggembalaan, dan hutan sudah tidak lagi subur.
Alasan lainnya adalah kelebihan penduduk, epidemi, meningkatnya persaingan untuk sumber daya lokal, peperangan antara suku-suku yang bersaing atau sebagai akibat dari sengketa suksesi, perubahan iklim mempengaruhi tanaman, dan semangat petualangan.
Gelombang Migrasi
Orang Bantu tercatat juga yang mendirikan pemukiman pesisir Afrika timur. Mereka kemudian kontak dengan pedagang Muslim dari Arab dan Persia dari abad ke-7 M, di Pantai Swahili, di Kenya saat ini. Dari Afrika barat bagian selatan (Bantu barat) dan Lembah Celah Besar Afrika timur (Bantu timur), dua aliran orang Bantu kemudian bergerak lebih jauh ke selatan dalam gelombang migrasi kedua yang terjadi selama milenium pertama SM.
Gelombang migrasi ketiga, pada paruh pertama milenium pertama M, kemudian terjadi ketika orang-orang Bantu timur bergerak lebih jauh ke selatan ke tempat yang sekarang disebut Zimbabwe, Botswana, Mozambik, dan Afrika Selatan bagian timur.
Proses migrasi Bantu secara tradisional dilihat oleh para sarjana sebagai proses penyaringan bertahap dari desa ke desa (dan kadang-kadang kembali lagi) melalui Afrika yang agak jarang penduduknya. Namun, sejarah umum Afrika dari UNESCO memberi pandangan yang agak berbeda pada proses tersebut, setidaknya dalam kaitannya dengan gelombang pertama.
Ekspansi utama Bantu sangat luas dan cepat, bukan serangkaian tahapan seperti yang telah dibahas beberapa orang. Tapi itu juga bukan masalah pengembaraan nomaden tanpa tujuan, atau penaklukan militer yang terorganisasi.
"Itu adalah proses kolonisasi yang luar biasa dalam arti kata yang sebenarnya, melalui pembukaan tanah yang pada dasarnya kosong," tulis Mokhtar, G. (ed). Dalam buku UNESCO General History of Africa, Vol. II, terbitan University of California Press (1990).
Mokhtar menulis, orang Bantu berbagi pengetahuan mereka tentang peleburan besi, pembuatan tembikar, dan keterampilan bertani mereka dengan pengumpul asli dan suku nomaden yang mereka temui, banyak dari mereka akhirnya menetap di komunitas desa yang stabil. Dialek Bantu dan aspek budaya Bantu diadopsi, meskipun para pendatang ini juga belajar dari masyarakat adat.
Orang Bantu belajar terutama di bidang-bidang seperti budidaya beberapa tanaman biji-bijian atau teknik penangkapan ikan yang telah disempurnakan selama berabad-abad untuk mendapatkan yang terbaik dari kondisi lingkungan setempat yang spesifik. Selain itu, banyak praktik budaya penggunaan alat batu dan obsidian, hanya satu contoh yang sering terus digunakan secara paralel dengan teknologi unggulan masyarakat Bantu.
Dampak migrasi masyarakat Bantu membuat penyebaran rumpun bahasa Bantu. Penyebaran teknologi peleburan dan penempaan besi dan tembikar, alat teknik dan pertanian juga berkembang di tempat lain. Dampak negatifnya berupa deforestasi karena arang diperlukan untuk melebur besi dan peralatan logam membuat pembukaan hutan lebih mudah.
Terjadinya peningkatan populasi di desa-desa baru yang menciptakan masyarakat regional yang lebih berbeda, kerajaan terbentuk dan ada perkembangan lebih lanjut dalam teknologi. Orang Bantu juga mendesak beberapa masyarakat adat ke daerah yang lebih terpencil.
Beberapa kelompok memang menolak gelombang budaya Bantu ini, seperti 'pigmi' yang mundur ke kedalaman hutan hujan Afrika tengah. Kelompok pemburu-pengumpul sabana, yaitu etnik San yang juga mundur ke lingkungan yang tidak ramah dan sulit diakses dari Gurun Kalahari. hay/I-1
Migrasi Membuat Kuat Secara Genetik
Kemampuan mengolah bijih besi menjadi nilai lebih bagi orang Bantu. Hal ini membuat mereka memiliki senjata dan menciptakan militer yang tangguh bagi lawan. Kemampuan memproduksi tembikar tembikar, menenun membuat mereka melakukan perdagangan, dengan menukarkannya dengan garam, tembaga dan lainnya.
Secara politis, kelompok mereka menjadi lebih besar dan lebih kuat karena semangat dan sikap ramah dan mereka kemudian makmur, membentuk kerajaan regional yang mengesankan. Contoh kerajaan dimaksud adalah Kerajaan Buganda, Kerajaan Luba, Kerajaan Lunda, Kerajaan Kongo, Kerajaan Zulu dan banyak lagi.
Melalui perkawinan campuran, orang Bantu mengintegrasikan kelompok-kelompok yang lebih kecil. Hal ini memberi mereka perlindungan terhadap serangan oleh kelompok lain dan kadang-kadang terhadap perbudakan.
Secara genomik selama gelombang ekspansi penduduk di Afrika Sub-Sahara yang dimulai 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, populasi berbahasa Bantu diperkirakan saat ini mencapai sekitar 310 juta orang. Mereka secara bertahap meninggalkan tanah air asli mereka di Afrika barat-tengah dan melakukan perjalanan ke timur dan ke selatan di benua itu.
Sebuah studi genomik yang dilakukan oleh Institut Pasteur di Centre National de la Recherche Scientifique, Prancis, yang menggunakan sejumlah besar data (lebih dari 2.000 sampel) yang dikumpulkan dari individu di 57 populasi di seluruh Afrika Sub-Sahara, berhasil menelusuri kembali kontroversi yang terus-menerus rute migrasi populasi ini.
Penelitian mereka mengungkapkan bahwa percampuran yang terjadi sebagai hasil pertemuan berturut-turut orang Bantu dengan penduduk lokal sangat bermanfaat bagi Bantu karena membuat mereka lebih kuat secara genetik. Ini memungkinkan mereka memperoleh mutasi genetik yang membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru mereka.
Analisis lebih lanjut yang diterbitkan dalam Journal of Science pada 5 Mei 2017 berdasarkan genom lebih dari 5.000 orang Afro-Amerika, berhasil mengidentifikasi asal-usul genetik populasi Afrika yang dideportasi sebagai budak di Amerika utara. Mereka memiliki memiliki ikatan genetik dengan orang-orang di garis pantai yang membentang dari Benin ke Afrika barat-tengah.
Penguasaan teknologi peleburan besi yang menyebabkan munculnya pertanian sekitar 4.000 hingga 5.000 tahun yang lalu menandai titik balik dalam sejarah Afrika. Dilengkapi dengan kemajuan teknologi baru ini, penutur bahasa Bantu mulai meninggalkan tanah air mereka di wilayah antara Kamerun dan Nigeria.
Para ilmuwan ini melangkah lebih jauh dengan penelitian mereka dan membuktikan bahwa dalam migrasi para penutur bahasa Bantu bercampur dengan penduduk asli setempat selama milenium terakhir. Suku Bantu misalnya bercampur dengan populasi kerdil dari Afrika barat-tengah, populasi berbahasa Afro-Asia dari Afrika timur dan populasi San dari Afrika selatan.
Tanpa diduga, peristiwa pencampuran berturut-turut ini ternyata bermanfaat bagi masyarakat Bantu dengan memberi mereka mutasi genetik penting yang membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Dari pigmi, misalnya, orang Bantu mendapat kekebalan terhadap infeksi.
Selain itu, ketika Bantu tiba di Afrika Sub-Sahara timur, penduduk lokal mewariskan gen yang mengkode lactase. Gen ini untuk memungkinkan individu terus dapat mencerna susu di masa dewasa nantinya.
Studi genomik yang luas ini juga penting dalam memecahkan pertanyaan yang berkaitan dengan asal-usul orang Afrika-Amerika di periode paling menyakitkan dalam sejarah Afrika, perdagangan budak transatlantik. Telah terbukti bahwa genom orang Afrika-Amerika yang hidup di benua Amerika Utara saat ini adalah 75-80 persen keturunan Afrika.
Untuk mencapai penemuan penting ini, para ilmuwan membandingkan genom hampir 5.000 orang Afrika-Amerika dari seluruh Amerika Serikat dengan populasi Afrika yang saat ini tinggal di bekas pelabuhan budak. Ini memungkinkan mereka untuk memisahkan kontribusi masing-masing wilayah perdagangan budak ini secara rinci.
Sebesar hampir 50 persen genom orang Afrika-Amerika berasal dari pelabuhan yang terletak di Teluk Benin, dan hampir 30 persen adalah dari Afrika barat-tengah (Gabon dan Angola). Selanjutnya 13 persen berasal dari bekas pelabuhan Senegambia (cekungan sungai Senegal dan Gambia) dan 7 persen dari Pantai Windward (Pantai Gading).
Sementara untuk menjawab pertanyaan tentang rute migrasi Bantu, penelitian ini juga membuktikan betapa bermanfaatnya pencampuran Bantu dengan penduduk asli untuk adaptasi mereka terhadap lingkungan, terutama dalam hal kekebalan. Genomik telah berkontribusi besar pada sejarah spesies manusia.
Ini adalah alat yang ampuh yang dapat digunakan bersama dengan pendekatan pan-genomik baru untuk merekonstruksi sejarah migrasi dan pencampuran populasi, dan untuk mengidentifikasi mekanisme evolusi yang memungkinkan manusia beradaptasi secara genetik terhadap tekanan lingkungan, termasuk yang ditimbulkan oleh infeksi. hay/I-1
Berita Trending
- 1 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
- 2 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 3 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Bursa Makin Bergairah! 15 Juta Investor Ramaikan Pasar Modal Indonesia