![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Semangat Petani Melemah, Ketahanan Pangan di Ujung Tanduk?
Yadi Sofyan Noor Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan
Foto: istimewaJAKARTA – Pemerintah perlu menjaga semangat petani untuk mencapai produktivitas pertanian yang tinggi demi kesejahteraan mereka dan mencapai swasembada pangan. Untuk itu, berbagai upaya terobosan penting dilakukan pemerintah untuk menstimulasi semangat para petani.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Yadi Sofyan Noor menyampaikan semangat utama dalam meningkatkan produksi adalah dengan memaksimalkan perbaikan teknologi budi daya dan pasca panen. “Dengan demikian, hasil pertanian semakin optimal untuk mendukung ketahanan pangan nasional,” ujarnya di Jakarta, Senin (10/2).
Selain menggenjot produksi, KTNA mendukung penuh strategi pemerintah menghentikan impor beras. Menurut KTNA, hal itu sebagai langkah nyata dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan menunjukkan kemampuan bangsa untuk mencapainya secara mandiri.
- Baca Juga: Gelar RDP
- Baca Juga: Optimisme Konsumen Sedikit Luntur, Sinyal Waspada atau Sementara?
Menurutnya, KTNA sudah terbiasa dan terlatih beradaptasi dengan perubahan iklim yang terus berubah, serta menghadapi fluktuasi harga pangan yang sering terjadi tanpa dampak yang signifikan terhadap produktivitas. Selain itu, KTNA mengapresiasi kebijakan cepat dari pemerintah yang mendukung petani, seperti penyediaan pupuk bersubsidi, benih baru, bantuan alat dan mesin pertanian, serta program intensifikasi dan ekstensifikasi.
Melalui optimalisasi lahan dan berbagai kebijakan tersebut, KTNA berharap agar sektor pertanian dapat berkembang dengan lebih baik dan memberikan dampak positif pada kesejahteraan petani. Namun, untuk mencapai kesejahteraan petani yang sejati, pemerintah harus konsisten menjaga harga Gabah Kering Panen (GKP) dan memastikan penyerapan gabah secara optimal dengan harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan 6.500 rupiah per kilogram.
"Untuk kesejahteraan petani baru bisa tercapai kalau Pemerintah tetap harus konsisten untuk menjaga harga gabah kering panen. Wajib menyerap gabah bukan beras," kata Yadi.
Peningkatan Produksi
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras secara nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton atau meningkat tajam sebesar 52,32 persen dibandingkan periode sama pada 2024 (yoy).
Peningkatan itu sejalan dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970.330 hektare atau 52,08 persen dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya sebesar 1,86 juta hektare.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa peningkatan produksi beras itu menunjukkan keberhasilan langkah-langkah strategis Kementerian Pertanian dalam mendorong produktivitas. Mentan menegaskan bahwa keberhasilan itu juga dicapai melalui implementasi berbagai program unggulan, seperti optimasi lahan rawa, pompanisasi, perluasan areal tanam, serta mekanisasi pertanian.
Berita Trending
- 1 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
- 2 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 3 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Bursa Makin Bergairah! 15 Juta Investor Ramaikan Pasar Modal Indonesia
Berita Terkini
-
Raker soal Jaminan Kesehatan Nasional
-
Otorita IKN: Wisata Edukasi Keragaman Satwa Akan Dibangun di Penajam dan Kukar, Kaltim
-
Masih Jadi Misteri Besar, Kementerian Kebudayaan Dorong Riset Situs Gunung Padang di Cianjur
-
Kampus Kelola Tambang Merupakan Ironi bagi Kampus Itu Sendiri
-
Mensos: Pemerintah Targetkan Kemiskinan Ekstrem 0 Persen di 2026