Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GAGASAN

Menghormati Pilihan Rakyat

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Pendukung yang kalah akan merasa yakin suara mereka lebih banyak. Hakim Konstitusi, Saldi Isra, dalam Pemilu dan Pemulihan Daulat Rakyat mengungkapkan, dalam pilpres sangat diperlukan kedewasaan elite politik. Selama pelaku politik dewasa dan siap menerima kekalahan, kontestasi politik tidak akan menimbulkan pembelahan dalam masyarakat.

Jikalau memang elite yang terlibat dalam pilpres memiliki niat baik untuk membangun Indonesia, menang atau kalah sejatinya tidak penting. Lapang Dada Mereka tentu akan menerima pilihan rakyat, tanpa banyak alasan. Kalah ya kalah. Dalam pemilu, kekalahan bukanlah akhir segalanya atau menjadi lonceng kematian. Dia sebuah kebanggan karena sudah berhasil membuat demokrasi berjalan dengan baik.

Contoh, masih tergiang-giang pidato dan ucapan selamat Hillary Clinton ketika kalah bersaing dalam pemilu Amerika Serikat (AS) melawan Donald Trump. Walaupun dia dan pendukungnya kecewa, tetap mengucapkan selamat pada Donald Trump, sembari mengatakan siap bekerja sama demi AS yang lebih baik.

Sayangnya, Indonesia tidak memiliki banyak elite politik seperti Hillary, yang dapat menerima kekalahan pemilu dengan lapang dada. Hanya ada sedikit tokoh yang rela kalah dengan lapang dada. Contoh, dalam Pilkada Jakarta, Fauzi Bowo menyikapi kekalahan dengan gentle dan langsung memberi selamat kepada Joko Widodo, hanya berdasarkan hasil quick count.

Kemudian, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang secara tegas mengucapkan selamat kepada Anies Baswedan yang unggul berdasarkan quick count lembaga survei pada Pilkada DKI 2017. Di daerah yang berbeda, sikap tak jauh berbeda juga ditunjukkan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, ketika kalah bersaing dengan Ganjar Pranowo.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top